Bobo.id - Teman-teman mungkin pernah mendengar bahwa makanan yang busuk sebaiknya tidak dikonsumsi.
Sebabnya, makanan yang membusuk bisa membawa bakteri penyebab penyakit.
Tapi, dalam dunia fauna, ada hewan yang justru mengonsumsi bangkai, lo.
Wah, kok bisa ya, ia tetap sehat meski mengonsumsi bangkai?
Untuk mengetahui rahasianya, kita ketahui dulu fungsi hewan pemakan bangkai dalam rantai makanan, yuk!
Peran Hewan Pemakan Bangkai dalam Rantai Makanan
Dalam rantai makanan, ada produsen, konsumen, dan dekomposer.
Produsen menyediakan energi untuk ekosistem. Posisi produsen dalam rantai makanan diduduki oleh tumbuhan.
Kemudian, organisme yang termasuk konsumen ada hewan herbivora, karnivora, atau omnivora.
Nah, yang terakhir, ada dekomposer. Tugas dekomposer dalam ekosistem adalah memakan zat yang membusuk.
Baca Juga: Apa yang Terjadi Kalau Ada Hewan Beracun yang Memakan Hewan Beracun Lainnya?
Rupanya dekomposer ada dua jenisnya, yaitu dekomposer seperti bakteri dan jamur, serta ada juga dekomposer yang disebut dengan scavenger.
Scavenger ini adalah hewan yang makan bangkai hewan lainnya. Misalnya lalat, tawon, sampai burung hering atau burung nasar.
Jika ada yang organisme yang mati, para dekomposer langsung melakukan tugasnya.
Dengan memakan bangkai, mereka membantu mengembalikan nutrisi ke dalam tanah.
Untuk menghalangi karnivora memangsa bangkai tersebut, beberapa mikroba yang ada pada bangkai memproduksi racun.
Racun ini bisa membuat karnivora yang makan bangkai jadi sakit.
Tapi, hewan scavenger seperti burung hering, tidak sakit meski makan bangkai.
Rahasia Hewan yang Bisa Makan Bangkai
Hewan seperti serigala dan rubah bisa mengetahui perbedaan antara bangkai rusa yang mati karena penyakit dan bangkai yang mati karena diburu oleh pemangsa lainnya.
Mereka akan memilih memakan bangkai hewan yang mati karena diburu pemangsa lain.
Sementara hyena tutul biasanya lebih memilih berburu, dibandingkan makan bangkai. Tapi seringkali, makanan yang tersedia hanya bangkai hewan sisa buruan predator lain.
Namun, burung nasar dan lebah vultur justru langsung mencari bangkai hewan.
Baca Juga: Paus Bisa Meledak Saat Terdampar, Apa yang Terjadi dalam Tubuhnya?
Ini karena bangkai hewan lebih mudah dideteksi dan dipertahankan karena jarang ada yang merebut.
Bagaimana mereka bisa tahan dengan bakteri di bangkai hewan, ya?
Ternyata, ada rahasia di tubuh mereka yang membuatnya bisa makan bangkai.
Lebah vultur punya cara melawan bakteri penyakit dan racun di bangkai yang jadi makanannya.
Ia menyemprotkan cairan antimikroba ke atas bangkai, sebelum memakannya.
Sementara, burung hering punya cara pertahanan setelah makan bangkai.
Burung hering melawan mikroba yang masuk ke tubuhnya dengan asam lambung di perutnya.
Asam lambung burung hering ini 10 kali lebih asam dibandingkan asam lambung manusia, teman-teman. Makanya, mikroba yang ada pada bangkai bisa terbasmi, deh!
Kekuatan Sistem Imun Hewan
Semakin dewasa, burung hering juga punya sistem imun yang semakin kuat. Makanya ia tidak sakit meski makan bangkai.
Kemudian, bersosialisasi dengan hewan sejenisnya juga membuat hewan punya sistem imun yang kuat.
Baca Juga: Burung Vampire Finch dari Galapagos Ini Suka Makan Darah, Ini Keunikannya
Misalnya hyena dan singa yang saling membersihkan bulu, makan bersama, sampai bertarung satu sama lain juga bisa menyebarkan racun dan bakteri.
Perilaku ini kemungkinan membuat sistem imun mereka semakin kebal.
Ternyata, begitulah rahasianya mengapa hewan yang memakan bangkai bisa tetap sehat meski makan daging yang busuk.
Selain hewan scavenger seperti burung hering dan lebah vultur, beberapa jenis hewan juga bisa makan bangkai sesekali, jika ia tidak menemukan makanan yang segar, seperti beruang, burung gagak, singa, serigala, hingga macan tutul.
Baca Juga: Sapi Masih Terlihat Masih Mengunyah Setelah Makan, Mengapa Begitu?
Yuk, lihat video ini juga!
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id/
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Source | : | National Geographic,MinuteEarth,Northwestern University |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR