Bobo.id - Karena pandemi global virus corona yang menyebabkan Covid-19, penduduk di hampir seluruh negara di dunia melakukan karantina mandiri.
Ini artinya mereka tidak bisa keluar rumah dan melakukan aktivitas seperti biasanya, guna mengurangi risiko penyebaran virus corona.
Di Indonesia sendiri, karantina mandiri ini sudah dilakukan selama kurang lebih empat bulan lamanya.
Mungkin di antara teman-teman ada yang sudah ingin kembali melakukan aktivitas seperti biasa, ya?
Namun kita harus membatasi aktivitas di luar rumah, untuk menekan angka penularan virus.
Baca Juga: Burung Hoatzin, Burung Mirip Archaeopteryx dari Hutan Amazon
Nah, saat banyak orang melakukan karantina mandiri di rumah, hal ini justru menguntungkan bagi hewan di banyak negara.
Sebabnya, karena jalanan atau wilayah lain yang sepi, banyak hewan yang bebas berkeliaran tanpa terganggu oleh manusia.
Fenomena ini kemudian disebut oleh para peneliti sebagai anthropause atau antropause.
Ketahui apa itu antropause dan bagaimana efek atau dampaknya pada hewan liar, yuk!
Karantina Mandiri Akibat Covid-19 Menyebabkan Fenomena Antropause
Banyak yang mengatakan bahwa pandemi global akibat Covid-19 ini memberikan waktu bagi Bumi untuk beristirahat dan memulihkan keadaan alamnya.
Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas manusia, baik itu pergerakan manusia maupun aktivitas lain, seperti industri yang menyebabkan pencemaran udara.
Nah, ternyata berkurangnya aktivitas manusia juga menjadi kesempatan bagi peneliti untuk memahami dampak aktivitas manusia pada satwa liar yang ada di sekitarnya.
Para peneliti internasional pun menyebut hal ini sebagai antropause, yaitu hiatus atau istirahatnya sebuah aktivitas antropogenik, yaitu aktivitas yang disebabkan oleh manusia, yang dilakukan dalam skala besar atau global.
Baca Juga: Ternyata Primata Lain Punya Banyak Kesamaan dengan Manusia! Salah Satunya Sama-Sama Bisa Tertawa
Selain itu, antropause juga disebutkan oleh peneliti sebagai perlambatan global yang cukup besar dari aktivitas modern.
Sudah ada beberapa bukti yang menunjukkan banyak hewan liar yang berjalan-jalan dengan bebas di jalanan yang sepi, teman-teman.
Seperti puma yang berjalan-jalan di pusat kota Santiago, hingga domba yang berada di pedesaan Wales, Inggris.
Kegiatan Manusia Diperkirakan Memengaruhi Aktivitas Hewan
Peneliti mengatakan bahwa saat manusia sedang lebih banyak berada di rumah dan mengurangi kegiatannya adalah waktu yang tepat untuk melakukan pengamatan pada hewan.
Masa karantina ini bisa menjadi kesempatan yang tepat untuk peneliti untuk menyelidiki efek aktivitas manusia pada Bumi dan isinya.
Dengan adanya fenomena antropause ini, peneliti berharap untuk bisa menyelidiki efek aktivitas manusia pada hewan dan lingkungan sekitarnya.
Penelitian yang disebut sebagai Covid-19 Bio-Logging Initiative ini punya berbagai tujuan.
Misalnya adalah untuk mengetahui gerakan hewan, perilaku, dan tingkat stres.
Nah, data ini nantinya akan dibandingkan dengan data hewan sebelum pandemi Covid-19 data.
Diharapkan hasil ini bisa menjelaskan bagaimana kurangnya aktivitas manusia bisa memengaruhi aktivitas hewan.
Baca Juga: Banyak yang Salah Sangka, Ternyata Hewan yang Hibernasi Bukan Hanya Sedang Tidur
Namun Berkurangnya Akivitas Hewan Juga Punya Dampak Negatif untuk Beberapa Hewan
Meski banyak hewan yang bisa berkeliaran dengan bebas tanpa terganggua manusia, ada beberapa dampak negatif juga pada hewan tertentu, nih.
Beberapa hewan yang tinggal di kota, seperti burung camar, tikus, hingga monyet diketahui justru memiliki tingkat stres yang tinggi selama masa pandemi, teman-teman.
Hal ini disebabkan karena berbagai hewan tadi sudah terbiasa hidup dengan mengandalkan makanan dari manusia.
Saat manusia lebih banyak berada di rumah, hal ini membuat hewan-hewan tadi jadi kekurangan makanan.
Yuk, lihat video ini juga!
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR