Diam-diam, Pak Yin merayap di samping pondok dan mengintip melalui retakan di dinding yang tipis. Ia tercengang saat melihat sebuah telur emas besar tergeletak di atas tikar kayu. Cahaya redup lampu minyak membuat telur itu bersinar seperti bulan purnama.
"Telur emas yang luar biasa!" pikir Pak Yin . "Telur itu harus jadi milikku!” tekatnya jahat.
Setelah beberapa waktu, tetangga serakah itu melihat Pak Tjung menyimpan telur yang berharga di sebuah toples. Ketika Pak Tjung dan keluarganya tertidur lelap, Pak Yin masuk dan mencuri telur itu.
Pak Tjung sangat sedih saat melihat telur emas terakhirnya hilang. Semua impian dan harapannya pun hilang. Tidak ada yang bisa dilakukannya lagi selain mengambil kapaknya dan kembali ke hutan untuk memotong kayu.
Ketika dia pergi mengunjungi pohon peri lagi, dia menceritakan apa yang terjadi padanya. Namun Pak Tjung malu untuk meminta hadiah lagi. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena perbuatannya yang ceroboh.
Saat berjalan pulang, Pak Tjung melewati sebatang pohon mangga. Ia melihat ada beberapa buah mangga yang matang. Ia lalu memanjat pohon dan memetik mangga beberapa butir.
Pada saat itu, tangannya tiba-tiba menyentuh sarang burung. Ia melihat ke dalam sarang itu dan berteriak gembira. Di sana, ada telur emas pertamanya.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR