Bobo.id – Pesawat terbang tidak melewati pegunungan Himalaya di wilayah Tibet, lo. Mengapa begitu?
Kita cari tahu dulu tentang wilayah Tibet, yuk!
Wilayah Tibet ini terletak di perbatasan Asia Timur dan Asia Selatan, teman-teman.
Tibet letaknya di bagian selatan Tiongkok dan berbatasan dengan India, Nepal, Burma, dan Bhutan.
Tibet dikenal sebagai dataran tertinggi di dunia, karena ada kompleks pegunungan Himalaya di sana.
Tahukah kamu? Wilayah Tibet ini sangat luas sekali, lo, yaitu 2.500.000 kilometer persegi.
Sebagian besar wilayah Tibet memiliki tinggi 4.000 – 5.000 meter di atas permukaan laut.
Kemudian beberapa gunung tertinggi di dunia yang tingginya lebih dari 8.000 meter di atas permukaan laut juga ada di sana.
Lalu, mengapa wilayah Tibet tidak dilewati pesawat?
Baca Juga: Jalur Udara Pesawat Terbang Kebanyakan Melintasi Laut, Mengapa Begitu, ya?
Dulu Pernah Ada Pesawat Terbang Melewati Tibet
Pada Perang Dunia II, ada istilah yang digunakan para penerbang saat melintasi Tibet yaitu terbang melintasi “punuk”, seperti punuk unta.
Saat itu, Jalan Raya Burma yang menghubungkan Burma dan Tiongkok dikuasai oleh bangsa Jepang, sehingga pilot harus terbang untuk mengantar barang dari India dan Burma ke Tiongkok melalui Tibet.
Namun, rupanya ada lebih banyak pilot yang gugur saat terbang melintasi wilayah pegunungan Tibet, dibandingkan gugur karena serangan musuh.
4 Alasan Wilayah Tibet Berbahaya untuk Pesawat
Ada empat alasan mengapa menerbangkan pesawat di atas wilayah Tibet berbahaya, teman-teman.
1. Sedikit Bandara
Di seluruh wilayah Tibet, hanya ada dua bandara yang beroperasi, yaitu Bandara Lhasa Gonggar di Lhasa, dan Bandara Internasional Tribhuvan di Kathmandu.
Jika sampai terjadi situasi gawat di atas pesawat, tidak ada lapangan udara yang bisa digunakan untuk mendarat, teman-teman.
Kemudian, mendarat di Lhasa juga belum tentu baik, karena ketinggian Lhasa 3.650 meter di atas permukaan laut. Ini bisa membuat beberapa orang sulit bernapas.
2. Jumlah Oksigen Cadangan
Pesawat membawa oksigen untuk situasi gawat darurat, teman-teman.
Masker oksigen di pesawat bisa memberikan oksigen bagi masing-masing penumpang setidaknya 10 – 20 menit.
Waktu itu adalah waktu yang cukup bagi pesawat untuk turun ke ketinggian 3.048 meter, di mana ada udara yang bisa dihirup untuk bernapas.
Di Tibet, dataran tingginya lebih dari 3.048 meter sehingga stok oksigen itu belum tentu mencukupi.
Baca Juga: Apa Itu Turbulensi? Ini Penyebab, Level, dan Dampaknya bagi Pesawat
3. Prosedur Khusus
Pilot memiliki prosedur drift down saat salah satu mesin pesawat mati, teman-teman.
Pesawat modern masih bisa terbang meski ada mesin yang mati, namun, pesawat harus melayang turun ke ketinggian yang lebih rendah.
Ketinggian ini ditentukan oleh berat kotor pesawat, teman-teman. Tapi, di atas Tibet, batas ketinggian yang aman ini akan lebih rendah dibandingkan di dataran biasa.
Sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama.
4. Turbulensi yang Berbahaya
Dalam penerbangan, ada istilah “clean air turbulance”.
Turbulensi ini tidak bisa dilihat dan bahkan tidak bisa diprediksi oleh pilot, teman-teman.
Clear air turbulance disebabkan oleh adanya pusaran udara yang terbentuk saat aliran udara terganggu oleh pegunungan yang tinggi di area yang memiliki angin tegak lurus yang kuat.
Turbulensi ini juga bisa terjadi di tempat yang sering ada pembalikan suhu.
Jika terjadi, clear air turbulance bisa membahayakan pesawat, teman-teman.
Itulah beberapa alasan mengapa pesawat tidak terbang melintasi Tibet.
(Penulis: Avisena Ashari)
Baca Juga: Cerita Orang Sherpa yang Bisa Bertahan Hidup di Pegunungan Himalaya
Baca Juga: Akibat Perubahan Iklim, Suhu di Dataran Tinggi Tibet Meningkat
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Keren! Anak-anak Jenius Ciptakan Kota Ramah Lingkungan Lewat Game di National Coding Competition 2024
Penulis | : | Iveta Rahmalia |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR