Sebagai putri dari keturunan bangsawan, Rasuna Said memiliki kesempatan untuk bisa mengenyam pendidikan dasar di sekolah Belanda.
Namun, saat itu ia memilih untuk bersekolah di sekolah agama yang tak jauh dari rumahnya selama 1916-1921.
Setelah lulus, ia melanjutkan sekolahnya ke Pesantren Ar-Rasyidiyah.
Tahukah teman-teman? Rasuna Said menjadi satu-satunya santri perempuan di sekolah tersebut waktu itu, lo.
Dua tahun setelahnya, Rasuna Said masuk Sekolah Diniyah Putri yang merupakan sebuah pondok pesantren khusus putri di Padang Panjang.
Sekolah itu didirikan oleh Rahmah El Yunusiah. Namun, karena perbedaan pandangan dengan Rahmah, Rasuna Said mundur dari pesantren tersebut pada 1930.
Saat itu, Rasuna Said memiliki gagasan bahwa kemajuan kaum perempuan tidak hanya didapat dari mendirikan sekolah, tetapi juga disertai perjuangan politik.
Setelah itu, Rasuna Said belajar secara pribadi ke tokoh-tokoh cendekiawan di Minangkabau.
Salah satunya adalah Haji Abdul Karim Amarullah atau Haji Rasul yang merupakan pendiri Sekolah Thawalib di Padang Panjang.
Sekolah itu adalah sekolah Islam modern pertama di Indonesia. Nah, dari hasil belajarnya itulah, Rasuna Said banyak belajar tentang perjuangan dan perlawanan, sehingga pemikirannya pun semakin terbuka.
Berjuang dalam Politik
Baca Juga: 14 Daftar Pahlawan Perempuan Indonesia, Ada yang dari Daerahmu?
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR