Dilansir dari Indonesia Travel, pertunjukan wayang kulit banyak dijumpai di kota besar di Jawa Tengah hingga Jawa Timur.
Misalnya Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan Banyuwangi.
Selain itu, pertunjukan wayang digelar saat Festival Budaya atau di destinasi wisata sejarah, seperti Candi Borobudur dan Keraton Yogyakarta.
Selain karena sudah mengakar pada budaya Indonesia, wayang ditetapkan sebagai mahakarya dunia karena pembuatannya yang rumit.
Dilansir dari Institut Seni Indonesia, untuk menghasilkan wayang kulit berkualitas baik diperlukan kulit kerbau yang bagus.
Pertama-tama kulit kerbau dikerok, dihilangkan bulu dan kotorannya.
Pada kulit yang sudah diolah tadi kemudian digambar pola (corek). Pola itu menjadi pijakan dalam tahap menatah. Selanjutnya barulah proses tatah atau mengukir kulit bisa dilakukan.
Wayang yang telah ditatah diamplas agar kulitnya menjadi rata dan halus. Setelah wayang kulit terbentuk dan disatukan bagiannya, pewarnaan dilakukan.
Dalam bahasa Jawa proses ini disebut sungging yang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti meninggikan atau memperjelas bentuk yang masih sederhana menjadi yang paling indah.
Kemudian, wayang diwarnai dengan memberikan warna dasar. Kemudian diberi lagi warna dalam bentuk gradasi, dari warna muda ke warna yang lebih kuat. Supaya warna lebih baik dan awet, pengecatan bisa dilakukan beberapa kali.
Terakhir, adalah pemasangan cempurit atau gagang pada wayang. Gagang ini terbuat dari tanduk kerbau. Gagang dibentuk sedemikian rupa agar wayang kulit bisa digerakkan dengan mudah oleh dalang.
Baca Juga: Komik Wayang: Pengertian, Contoh, dan Perkembangannya di Indonesia
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Source | : | CNN,indonesia.travel.com,UNESCO,kemenparekraf.go.id |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR