Tradisi ngarak bedug dilakukan dengan cara satu rombongan menarik gerobak dengan bedug di atasnya, sambil memukul dan membunyikan alat musik tradisional.
Alat musik pelengkap suara bedug adalah genta, rebana, dan genjring.
Masyarakat yang melakukan ngarak bedug akan berjoget, membunyikan musik, sambil menyanyikan lagu daerah Betawi.
Uniknya, tak jarang ada juga Ondel-Ondel yang turut terlibat dalam tradisi ngarak bedug ini, teman-teman.
Hampir sama dengan tradisi ngarak bedug dan klotekan, masyarakat Kalimantan Selatan memiliki cara unik membangunkan sahur yang dinamakan Bagarakan Sahur.
Bagarakan Sahur ini sudah menjadi tradisi turun-temurun yang dilakukan sejak masuknya agama Islam ke Banjar.
Pada zaman itu, masyarakat kesulitan bangun dini hari untuk sahur karena belum ada pengeras suara di masjid.
Lantas, masyarakat mulai mengembangkan ide untuk berkeliling dan membunyikan alat musik untuk membangunkan sahur.
Tradisi Bagarakan Sahur ini dilakukan sekitar pukul 2 sampai 3 dini hari, dan diikuti oleh banyak orang dari segala usia.
Tidak hanya alat musik, semua orang yang tertarik mengikuti Bagarakan Sahur dapat membawa peralatan seadanya, seperti panci, kaleng, bahkan radio tape.
Di Jawa Barat, cara unik membangunkan sahur dikenal dengan tradisi ubrug-ubrug.
Baca Juga: 5 Tips Belajar Saat Puasa Agar Tetap Fokus dan Semangat, Wajib Dicoba!
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR