Bobo.id - Halo, teman-teman! Kita baca bersama-sama cerpen Majalah Bobo hari ini, yuk!
Sarung Buat Pak Molen
Cerita oleh: Sigit Wahyu
Tak seorang pun tahu nama asli pedagang pisang molen yang mangkal di depan sekolah itu. Tetapi, anak-anak sering memanggilnya, Pak Molen. Pisang molen buatannya cukup laris. Rasanya enak, manis, harum, dan besar lagi.
"Cocok untuk sarapan! Siang cocok untuk mengisi perut yang mulai keroncongan," kata anak-anak.
Pagi itu, Pak Molen datang lebih pagi dari biasanya. la segera membuat adonan, mengupas pisang, dan mulai memanaskan minyak goreng. Tangannya tampak lincah mengerjakan semuanya itu. Tak lama kemudian, bau harum pisang molennya mulai menyebar ke mana-mana.
Beberapa waktu kemudian, pisang molennya sudah cukup banyak. Sekali-sekali, ia menengok jam tangannya, lalu pandangannya mengarah ke lonceng besi yang tergantung di depan kantor Kepala Sekolah. Ia mengharapkan, bel itu segera dipukul dan istirahat pertama segera tiba.Bel istirahat berbunyi. Pak Molen memandangi pintu-pintu kelas. Ia tersenyum melihat anak-anak mendekati gerobak dorongnya.
"Itu dia, Gembong sudah muncul," kata Pak Molen dalam hati.
Gembong adalah langganan setia Pak Molen. Paling tidak, ia membeli 3 buah molen setiap harinya. Padahal, anak-anak lain makan sebuah saja sudah puas.
"Ayo.... ayo! Masih hangat!" ujar Pak Molen melambai-lambaikan tangan. Anak-anak ingin segera menggigit pisang molen yang masih hangat dan harum itu.
"Nih, uangnya, Pak. Kembali empat ratus," ujar Adi menyodorkan uangnya. "Tunggu, anak-anak! Hari ini, gratis!"
Baca Juga: Cerpen Anak: Manyol
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR