Bobo.id - Siapa di sini yang gemar membaca dongeng Majalah Bobo? Kalau iya, dongeng apa yang paling membekas di ingatan teman-teman?
Membaca dongeng memang membuat kita merasa bahagia, karena bisa terhanyut dalam cerita.
Kali ini ada dongeng Majalah Bobo yang tak kalah seru, lo. Yuk, kita baca bersama-sama!
Hadiah dari Sangiang Mapaele
Cerita asli ditulis oleh Vanda Perengkuan
(Dilarang mengambil, mengunggah ulang, dan memperbanyak sebagian atau seluruh cerita tanpa sepengetahuan dan seizin pihak redaksi Majalah Bobo.)
Datu Simbau memerintah di Pulau Simbau yang terletak di Laut Sulawesi. Puterinya yang cantik dan pandai menari bernama Sangiang Mapaele.
Menjelang ulang tahunnya yang kelimabelas tahun, Sangiang Mapaele semakin pandai menari, bahkan menjadi pemimpin tim gadis penari Tari Gunde.
Tari Gunde ditarikan oleh gadis-gadis penari pada Upacara Tolak Bala di halaman istana.Upacara ini diadakan setiap tahun, tepat di hari ulang tahun Sangiang.
Sambil menari, semua penari Gunde akan memohon pada Tuhan, agar Tuhan memberkati rakyat pulau Simbau.
Rakyat Pulau Simbau percaya, jika Sangiang Mapaele memimpin tarian, maka Tuhan akan menerima permohonan rakyat.
Baca Juga: Serunya Menunggu Waktu Buka Puasa dengan Mendengarkan Dongeng Ramadan
Pada suatu hari, Datu Simbau tampak gelisah. Ia bingung, akan memberikan hadiah apa untuk Sangiang Mapaele, di hari ulang tahunnya yang kelimabelas.
Opo Umboralage sang penasihat datu, lalu memberi usulan.
“Adakan sayembara saja, Datu! Siapa yang bisa memberi hadiah yang terbaik untuk Sangiang, akan diundang ke istana untuk menyaksikan Tari Gunde.”
Datu Simbau sangat setuju dengan usul Opo Umboralage. Para pengawal istana segera menyebarkan pengumuman sayembara itu ke seluruh pulau itu.
Warga Pulau Simbau segera berlomba-lomba membuat hadiah yang mewah.
Mereka ingin melihat dari dekat Sangiang Mapaele menari dengan indah.
Di Pulau Simbau, ada dua saudagar kaya yang biasa berdagang sampai jauh melintasi samudera.
Saudagar anggrek hitam mempunyai putera bernama Napong. Saudagar kayu hitam mempunyai putera bernama Maitung.
Mereka ingin mengikuti sayembara itu. “Ayah, tolong buatkan hadiah yang terindah untuk Sangiang Mapaele,” kata Napong dan Maitung pada ayah mereka masing-masing.
Saudara anggrek hitam dan saudagar kayu hitam segera menyuruh anak buah mereka, untuk menyiapkan hadiah yang istimewa.
Sementara itu, di dekat Pulau Simbau, terdapat sebuah pulau kecil yang gersang bernama Pulau Kadio.
Baca Juga: Dongeng Anak: Sarang Emas laba-Laba
Di pulau ini, hiduplah seorang remaja yatim piatu bernama Takatuliang. Ia hidup dengan kakek dan neneknya yang biasa ia panggil dengan sebutan Tuta dan Wawu.
Tuta adalah pembuat alat musik tagonggong. Alat musik ini mirip gendang. Wawu sangat pandai melantunkan sasambo, puisi indah yang berisi nasihat-nasihat.
Sejak kecil, Takatuliang sudah diajarkan bermain tagonggong dan melantunkan sasambo.
Takatuliang bahkan pandai membuat tagonggong sendiri.
Ketika mendengar berita sayembara dari Pulau Simbau, Takatuliang tertarik.
Ia ingin memberikan tagonggong buatannya sendiri untuk Sangiang Mapaele.
“Kalau bertemu Sangiang dan Datu, aku punya satu permintaan,” cerita Takatuliang pada Tuta dan Wawu. Kakek dan nenek itu mendukung rencana Takatuliang.
Pada hari yang ditentukan, ratusan warga pulau datang ke halaman istana, membawa hadiah. Para penari Gunde membantu memilihkan hadiah.
Tampak hadiah dari Napong dan Maitung yang paling istimewa. Kini Sangiang tinggal memilih di antara kedua hadiah itu.
"Sangiang, saya membawa hadiah seratus anggrek hitam," ucap Napong sombong, memamerkan karangan bunga seratus anggrek hitam.
Sangiang malah mendelik kesal, "Rupanya kau putera pedagang anggrek hitam langka! Jangan lagi merusak lingkungan!” Oh, betapa terkejutnya Napong.
Baca Juga: Dongeng Anak: Bintang Langit dan Raksasa Merah
"Sangiang, aku membawa hadiah rumah-rumahan besar dari kayu hitam. Sangiang bisa minum teh di dalamnya!” ujar Maitung bangga.
Sangiang semakin marah. “Rupanya ayahmu yang sering merambah hutan kayu hitam! Kayu eboni langka hanya kau jadikan rumah-rumahan?”
Maitung sangat malu. Ia dan Napong lalu buru-buru pamit untuk pulang.
Opo Umboralage dan Datu Simbau jadi kebingungan. Kini Sangiang tak punya hadiah.
Di saat itu, datanglah Takatuliang membawa sebuah tagonggong. Ia datang ke Pulau Simbau dengan berperahu.
“Hamba Takatuliang, dari Pulau Kadio yang gersang,” ujarnya memperkenalkan diri.
“Hamba membawa hadiah tagonggong, yang bunyinya sangat jernih, untuk mengiringi Sangiang menari Tari Gunde,” ujar Takatuliang lagi.
Sangiang tertarik melihat tagongong itu. Takatuliang lalu membungkuk hormat dan menyampaikan satu permohonannya…
“Apakah Sangiang bersedia menari Tari Gunde di pulau Kadio yang gersang? Hamba akan iringi dengan tagonggong ini dan lantunan sasambo.”
“Jika Sangiang menari dan memohon pada Tuhan, mudah-mudahan Pulau Kadio bisa menjadi subur seperti Pulau Simbau,” mohon Takatuliang.
Sangiang dan Datu terharu mendengar itu. “Aku dan teman-temanku akan menari Tari Gunde di pulau Kadio,” janji Sangiang Mapaele.
Baca Juga: Dongeng Anak: Sebuah Pesta Ulang Tahun
Datu dan Sangiang sepakat memilih Takatuliang pemenang sayembara itu. Walau hadiahnya sederhana, namun niat Takatuliang sangat tulus.
Esok harinya, rombongan Datu Simbau tiba di Pulau Kadio. Datu merasa bersalah karena tidak memerhatikan pulau kecil yang gersang itu.
Upacara Tolak Bala segera disiapkan. Sangiang Mapaele dan duabelas penari Gunde mulai menari dengan gerakan lembut.
Takatuliang memukul tagonggong dan melantunkan sasambo mengiringi tarian itu.
Suara tabuhan berpadu dengan lantunan syair indah yang berbunyi: “Cintailah hutanmu. Cintailah lautmu. Tanpa bicara, mereka membantumu. Tanpa bicara, mereka memeliharamu…”
Suara merdu Takatuliang dan pukulan lembut tagonggong menyebar ke seluruh penjuru Pulau Kadio.
Sangiang dan para penari memohon pada Tuhan, agar tanah di pulau Kadio menjadi subur, aneka tumbuhan untuk bahan makanan bisa bertumbuh.
Beberapa bulan kemudian, terjadi keajaiban di pulau Kadio. Tanaman ubi, singkong, pohon pisang goroho, dan pohon sagu bertumbuh subur.
Keajaiban juga terjadi di sekitar pantai. Ikan-ikan berenang berkeriapan.
Warga Pulau Kadio bisa menangkap ikan untuk kebutuhan makan mereka.
Saat Datu dan Sangiang datang lagi ke pulau Kadio, Takatuliang menyambut mereka.
Baca Juga: Dongeng Anak: Burung Hantu yang Malas
“Di hari ulang tahun Sangiang tahun ini, justru Sangiang yang memberikan kami hadiah doa. Kami warga Pulau Kadio mengucapkan terimakasih,” ujar Takatuliang.
Sangiang tersenyum. “Setiap kali melihat tagonggong darimu, aku teringat. Ternyata lebih berbahagia memberi, daripada menerima.”
Datu Simbau tersenyum terharu. Di usianya yang kelimabelas, puterinya sudah menjadi lebih bijak berkat Takatuliang.
“Sepertinya Takatuliang pantas menjadi calon datu Pulau Simbau nantinya,” pikir Datu Simbau sambil tersenyum.
Challenge Dongeng Hari Ulang Tahun ke-52 Majalah Bobo
Yuk, ikutan challenge membuat video dongeng untuk ditayangkan pada acara puncak HUT ke-52 Majalah Bobo pada 14 April 2025!
Dapatkan hadiah menarik berupa tas ransel untuk 10 video yang terpilih. Challange ini berlangsung dari 27 Maret 2025 sampai 6 April 2025.
Berikut syarat dan ketentuannya:
1. Follow akun Instagram @majalah_bobo
2. Buat video membaca dongeng "Hadiah dari Sangiang Mapaele"
3. Naskah dongeng dapat diunduh atau dibaca melalui link bit.ly/dongeng52th
4. Durasi video maksimal 10 menit
5. Wajah harus terlihat pada video, seperti yang ada pada contoh video.
6. Unggah video membaca dongeng ke Instagram Reels / TikTok dengan hashtag #HUT52thMajalahBobo
7. Jangan lupa tag @majalah_bobo pada Reels / TikTok
8. Tuliskan secara singkat hal yang kamu tunggu di acara puncak kemeriahan HUT Bobo di 14 April 2025
9. Jangan lupa buka kunci akun Instagram selama periode sayembara.
10. Bisa diikuti oleh semua usia, tidak ada batasan umur.
11. Contoh video selengkapnya dapat ditonton pada YouTube Majalah Bobo yang berjudul “Hadiah dari Sangiang Mapaele” atau bisa juga dilihat di akhir artikel ini.
Tunggu apalagi? Yuk, ikutan challenge dongeng HUT ke-52 Majalah Bobo!
----
Tonton video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR