Dahulu kala, hiduplah seekor merak jantan bernama Piko. Ia sangat sombong karena bulunya yang sangat indah. Menurut Piko, bulu-bulunya adalah bulu terindah di antara para burung di dunia ini.
Tak jauh dari rumah Piko, tinggallah seekor bangau bernama Kaukau. Piko selalu menertawakan Kaukau karena bulunya yang tidak menarik
“Lihatlah aku, Kaukau! Aku bagaikan raja yang berpakaian dari benang emas dan beledu biru,” kata Piko Merak pada Kaukau Bangau. “Apakah kamu tidak sedih melihat bulu-bulumu yang kusam? Bulu-bulumu seperti tanpa warna. Hidupmu pasti penuh dengan kesedihan…” kata Piko sambil mengembangkan bulu-bulunya yang indah.
Kaukau Bangau hanya tersenyum dan mengangkat kepalanya perlahan. Ia heran, kenapa Piko Merak tak bosan-bosannya menyombongkan diri. Piko juga sering menghina burung lain selain Kaukau. Kaukau sering melihat burung lain menangis setiap kali dihina Piko. Kali ini, Kaukau ingin memberi Piko pelajaran.
“Aku tidak pernah sedih, Piko...” kata Kaukau. “Sebaliknya, aku selalu bersyukur atas keadaanku. Aku bisa terbang tinggi melintasi langit. Aku bisa merasakan kehangatan mentari senja sambil merentangkan sayapku di langit pantai. Aku bisa menyanyi sambil melihat keindahan bintang-bintang di angkasa,” ujar Kaukau bangga.
Kaukau lalu melihat ke Piko sambil kembali tersenyum dan berkata, “Sementara kamu, walau bulu-bulumu indah, tapi kamu hanya bisa melangkah di atas tanah. Kamu tidak pernah melihat keindahan angkasa dari dekat. Bulu-bulumu yang indah itu, tidak pernah merasakan kehangatan mentari dari dekat. Tidak pernah menyentuh kelembutan awan-awan …”
Piko Merak terdiam membisu. Sejak saat itu, ia tak pernah menyombong kan diri lagi. Ia sadar, apalah artinya memiliki bulu indah, kalau cuma untuk dipamerkan. Ia juga sadar, kalau yang dimilikinya hanyalah bulu indah. Betapa banyak pengalaman lain yang tidak dimilikinya. Pengalaman-pengalaman indah seperti yang baru saja diceritakan Kaukau Bangau.
(Dok. Majalah Bobo / Folklore Fabel)
Source | : | (Dok. Majalah Bobo / Fabel) |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR