Putri Nalam adalah anak tunggal Baginda Raja Hulu. Ia sangat cantik. Kulitnya halus bagai pualam, sebab sang putri amat rajin merawat tubuhnya. Bahkan di musim kemarau, ia bisa mandi tujuh kali sehari! Sayang, Putri Nalam berhati culas dan kejam. Karena Baginda Raja Hulu selalu membela dan memanjakannya.
Suatu pagi, Putri Nalam bersiap mandi. Dia membuka seluruh perhiasannya lalu melemparnya sembarang ke atas ranjang. Mak Inang, pengasuhnya, segera merapikan perhiasan yang berceceran. Lalu menaruhnya dalam kotak ukiran dari kuningan.
Dengan selembar kain basahan, Putri Nalam berendam ke dalam kolam. Ups! Ternyata cincin kesayangannya masih melekat di jari manisnya. Cincin bermata sepasang safir biru itu pemberian almarhumah ibundanya, Permaisuri Baginda Raja Hulu.
Putri Nalam segera melepas cincin itu dan menyimpannya di antara rumpun seroja di sisi kolam. Lalu dia kembali menyelam ke dalam air.
Seusai mandi, Putri mengajak para dayang berjalan-jalan di taman. Saat seorang dayang menarik tangannya, Putri Nalam baru sadar. Cincin kesayangannya hilang!
Dengan panik para dayang mencari di sekitar taman. Tetapi cincin itu tak juga ditemukan. Putri Nalam teringat pada Mak Inang yang membereskan perhiasannya pagi tadi. Sang putri segera memerintahkan pengawal untuk menggeledah kamar Mak Inang. Cincin itu tetap lenyap.
Putri Nalam semakin kalut. Baginda Raja Hulu tentu akan memarahinya. Dia harus menemukan alasan mengapa cincin itu hilang. Dengan licik sang putri menghadap Baginda Raja dan membuat laporan palsu.
“Mak Inang mencuri cincinku dan menyembunyikannya!”
Baginda Raja Hulu sangat murka. Ia memenjarakan Mak Inang.
Keesokan paginya Putri Nalam kembali berendam di kolam. Saat itulah dilihatnya cincin safir biru itu. Putri Nalam baru ingat telah menaruh cincin itu kemarin di bawah rumpun seroja! Tetapi dia tak mungkin menarik tuduhannya. Apa kata para penghuni istana kalau tahu dia telah sembarangan menuduh orang?!
“Akan kusimpan rahasia ini, tak seorang pun boleh tahu!” gumam Putri Nalam dalam hati.
Tiba-tiba terdengar suara bisikan,
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR