Selain merupakan suatu tradisi, ogoh-ogoh juga memiliki berbagai nilai luhur, seperti gotong royong.
Rangkaian Nyei
Tradisi mengarak ogoh-ogoh adalah rangkaian dari ritual tahunan Hari Raya Nyepi. Ogoh-ogoh ini diarak saat sandikala (menjelang malam) pada hari Pengerupukan, yaitu sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Para pemuda dengan bangga membawa hasil karyanya berkeliling kota. Di wilayah Denpasar, Lapangan Puputan Badung menjadi salah satu tempat favorit untuk menampilkan ogoh-ogoh.
Wujud Raksasa
Penampilan ogoh-ogoh yang terkesan sangar dan menakutkan bukan tanpa makna. Sebagai salah satu rangkaian dari upacara pergantian Tahun Baru Caka, ogoh-ogoh memiliki pesan tersirat. Seperti yang bisa dilihat pada gambar, ogoh-ogoh identik dengan wujud raksasa ataupun wujud menyeramkan lainnya.
Ogoh-ogoh itu lalu diarak keliling kota atau hanya melewati persimpangan jalan. Hal ini bermakna Bhuta Kala, yaitu sifat-sifat keraksasaan atau sifat buruk dalam diri manusia dipanggil dan dikumpulkan.
Setelah diarak, ogoh-ogoh itu akan dimusnahkan dengan cara dibakar. Pembakaran inilah yang mengandung arti melenyapkan sifat-sifat buruk yang melekat dalam diri kita sehingga kita siap menyambut Tahun Baru Caka dengan keadaan bersih lahir dan batin.
Gotong Royong
Pembuatan ogoh-ogoh itu dilakukan bergotong-royong. Menurut orang-orang tua di Bali, pada masa lalu ogoh-ogoh dibuat menggunakan rangka bambu, kayu, dan sedikit kawat untuk menguatkan sambungan atau menjadi komponen di bagian-bagian yang sulit dibuat. Ogoh-ogoh biasanya dibuat oleh para pemuda pemudi karang taruna di suatu banjar atau desa. Biasanya ogoh-ogoh sudah mulai dikerjakan sebulan sebelum pawai.
Selain proses pembuatannya yang bergotong royong, pada saat pawai ogoh-ogoh diusung sampai ratusan orang karena memang berat selain karena beban ogoh-ogohnya sendiri, juga karena rangka pengusungnya. Selain itu, ogoh-ogoh juga disertai dengan alunan muskc sehingga butuh tenaga juga untuk berkeliling membawa alat musik tersebut.
Biaya yang Besar
Proses pembuatan ogoh-ogoh cukup memakan waktu, dana, dan tenaga. Puluhan juta bisa dihabiskan untuk membuat satu ogoh-ogoh. Pembuatannya pun bisa memakan waktu hingga satu bulan lebih walaupun dikerjakan oleh puluhan orang. Hal inilah yang biasanya membuat para pemuda-pemudi di Bali mengadakan berbagai kegiatan penggalangan dana untuk pembuatan ogoh-ogoh, mulai dari mengadakan bazar, atau berkeliling ke rumah-rumah warga untuk meminta sumbangan.
Lomba Ogoh-Ogoh
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR