Badut identik dengan seseorang yang berdandan lucu dengan riasan wajah yang menor dan pakaian warna-warni yang menarik perhatian. Badut juga dikenal suka menirukan ekspresi dan gerakan-gerakan yang konyol tanpa mengeluarkan kata-kata.
Karakter badut yang terkenal ada di sekitar tahun 500 masehi sampai 1.500 masehi. Orang Italia di Eropa mengenali badut tersebut sebagai Arlecchino atau Harlequin. Kedua tokoh badut itu dipopulerkan oleh kelompok teater yang bernama Commedia dell arte. Saat itu mereka masih memakai kostum yang sangat sederhana.
Lalu pada abad ke-18 masehi, kostum badut mengalami perkembangan bahkan sempat populer di Jerman dan Inggris. Kostum tersebut bisa terkenal karena dandanan dan gaya sang pantomim bernama Pickellherring. Waktu itu Pickellhering memakai baju dan sepatu yang gombrong atau kebesaran, penutup kepala warna-warni, serta renda yang melingkar di sekitar leher badut.
Badut di Pertunjukan Sirkus
Pada masa itu juga, badut mulai dianggap penting di dalam sebuah pertunjukan sirkus. Keberadaan badut di arena sirkus membuat penonton terhibur dan tertawa. Ini berguna untuk mengurangi ketegangan penonton pada saat menyaksikan adegan-adegan akrobat sirkus yang menegangkan.
Badut yang pertama kali menjadi bintang sirkus terkenal adalah Joseph Grimaldi atau dikenal dengan Joey Grimaldi. Pada awal abad ke-18 masehi, ia menciptakan karakter Jocy dan melakukan pertunjukan di London pada awal tahun 1.800-an. Karakter Jocy dikenang dalam sejarah perbadutan karena perannya yang menarik. Jocy bisa menghasilkan banyak mimik, tidak sekedar melucu, ia juga berhasil memainkan perasaan penontonnya melalui ekspresi sedih bahkan ekspresi ketakutan.
Badut Sebagai Inspirasi Dunia Hiburan
Karakter badut memberi inspirasi di dunia hiburan dalam perjalanan awal perfilman modern. Seperti komedian Charlie Chaplin dan Buster Keaton yang saat itu terinspirasi melakukan karakter badut dalam semua film bisunya.
Seiring perkembangan zaman, karakter badut pun semakin bervariasi. Beragam badut dengan mudahnya ditemukan di berbagai tempat hiburan. Misalnya badut dengan hidung yang bulat seperti tomat, serta badut dengan kostum yang menirukan karakter komik atau kartun tertentu.
Bagaimana pun bentuknya, tujuan utama dari badut-badut ini ya memang untuk menghibur dan memancing tawa dari siapa pun yang sedang menontonnya.
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR