Bobo, Upik, dan Paman Gembul pergi ke Taman Ria Kota Kelinci. Ada berbagai mainan menarik di sana. Ada karusel, ada kereta-keretaan, ada bom-bom car…” Kita naik itu, yuk!” ajak Upik sambil menunjuk komedi putar. “Ayuk!” sahut Bobo semangat.
Mereka mengantre naik komedi putar. “Sebelumnya, aku mau menasihati kalian dulu,” kata Paman Gembul sok tua. “Naik komedi putar itu harus berani. Nanti, kita akan ada di posisi yang tinggi sekali. Pastilah anak-anak kecil seperti kalian ketakutan…”
“Tapi kalian harus memberanikan diri. Kalau kalian berani melawan rasa takut, pasti kalian bisa menikmati enaknya naik komedi putar,” celoteh Paman Gembul. Upik, Coreng dan Bobo berpandangan. “Paman kenapa, sih?” gerutu Upik. “Tau, tuh!” cibir Coreng.
Tibalah saat naik komedi putar. “Waaah…Asyiiikkkk!” seru Coreng. “Kira-kira rumah kita dimana, ya?” tanya Upik sambil melihat ke bawah. “Tidak tahu. Kita tanya Paman Gembul saja!” jawab Bobo.
“Paman! Paman!” panggil Bobo. Mereka menoleh pada Paman Gembul. Namun, lo…Kok, Paman Gembul memejamkan mata rapat-rapat. Tangannya memegang pinggiran bangku erat-erat, “Ssstt! Jangan banyak bergerak! Nanti kita jatuh!” bisik Paman Gembul dengan suara gemetar. “Tadi menasihati kita supaya tidak takut!” omel Upik. “Sekarang malah tidak berani buka mata!” sindir Coreng. “Dasar Paman Gembul!” ledek Bobo.
Sumber: Arsip Bobo, Cerita: aLiNy Alexandra I. Y. Ilustrasi: Rudi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR