“Pergi dulu, Paman. Aku mau main kelereng bareng teman-teman, “kata Husin. “Tunggu dulu, Sin!” seru Paman Kikuk. Dia lempar koran di tangannya dan bergegas mengejar Husin. “Aku ikut,” ujar Paman Kikuk.
KUSSUSANI
Enggak Mau Kalah
“Paman mau ikut main kelereng?” tanya Husin keheranan. “Kenapa? Enggak boleh, ya? Kamu takut kalah?” ledek Paman Kikuk. “Waktu seumuran kamu, Pamanmu ini memang terkenal jago main kelereng.”
KUSSUSANI
Enggak Mau Kalah
“Teman-teman, Pamanku mau ikut main bareng kita, boleh?” Teman-teman Husin tidak keberatan. Paman Kikuk kemudian membeli kelereng dari mereka dan mulai ikut bermain.
KUSSUSANI
Enggak Mau Kalah
Mereka bermain kepala ular. Kelereng dijajar membentuk busur di dalam bidang yang digambar seperti bentuk tanda baca koma. Ini sangkar ularnya.
KUSSUSANI
Enggak Mau Kalah
“Itu kepala ularnya, Paman. Siapa yang bisa mengeluarkan kelereng di ujung itu, dia dapat mengambil semua kelereng. Kalau yang kena ekornya, dia hanya ambil bagian itu,” jelas Husin pada Paman Kikuk.
KUSSUSANI
Enggak Mau Kalah
Berkali-kali membidik, kelereng Paman Kikuk tak berhasil mengenai satu pun kelereng dalam sangkar ular. Sebaliknya, Husin dan teman-temannya bergantian berhasil menang.
KUSSUSANI
Enggak Mau Kalah
Paman Kikuk berkali-kali harus beli kelereng karena kelerengnya habis melulu. Akhirnya kesabarannya habis. “Sudah-sudah, cukup! Sini, aku beli kelereng kalian semua,” paksa Paman Kikuk.
KUSSUSANI
Enggak Mau Kalah
“Nah, sekarang aku pemenangnya. Aku mau pulang,” ujar Paman Kikuk sambil ngeloyor pergi. “Lo, gimana, sih, Paman?” protes Husin. “Yaaah, enggak asyik, nih, Paman Kikuk,” keluh teman-teman Husin. (Cerita: Joko Setyo Purnomo/ Dok. Bobo; Ilustrasi: Sabariman R/ Dok. Bobo)
KOMENTAR