Bentuknya yang besar seperti sapi dan kesukaannya merumput di dasar laut, membuat Dugong dijuluki sapi laut (sea cow). Dugong adalah salah satu mamalia laut yang terancam punah.
Dugong atau duyung?
Sepintas dari kejauhan, bentuk dugong menyerupai bentuk duyung yang digambarkan dalam dongeng. Padahal, kalau kita amati, bentuk dugong sangat berbeda dengan putri duyung dalam dongeng.
Dugong merupakan jenis mamalia laut. Dugong hidup di perairan dangkal yang banyak ditumbuhi lamun atau rumput laut. Meskipun dugong ditemukan di banyak negara yang memiliki kawasan pantai, menurut data Badan Konservasi Dunia (IUNCN) dugong adalah hewan kategori rentan punah.
Di Indonesia kita hanya memiliki satu jenis dugong (Dugong dugon). Sedangkan di negara lain terdapat manatee (Trichechus manatus) yang ukurannya lebih besar dan memiliki ekor menyerupai kipas tangan.
Aktif pada malam hari
Dugong aktif mencari makan pada malam hari. Dengan bulu-bulunya pada bibir, dugong meraba-raba rumput di dasar laut untuk menemukan rumput kesukaannya. Meskipun dengan gerakan yang lamban, dugong harus merumput 50 kilogram setiap hari untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya yang besar. Meskipun penglihatan dugong terbatas, tetapi dugong memiliki indera pendengaran yang tajam.
Hidup berkelompok
Dugong termasuk hewan laut yang suka hidup berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 5 sampai 10 dugong, termasuk induk, anak, dan dugong jantan.
Duyung bisa hidup hingga berusia 70 tahun. Namun, perkembangbiakan dugong sangat lambat. Seekor induk dugong hanya melahirkan satu bayi dugong. Setelah melahirkan, induk dugong akan mengasuh anaknya hingga 3 smpai 5 tahun. Setelah itu, induk dugong bisa hamil lagi.
Penyebab kepunahan
Kepunahan dugong disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena secara alami proses perkembangbiakan dugong sangat lama, sehingga populasi dogong sangat sedikit. Hal kedua, karena faktor lingkungan, dimana habitat dugong berupa padang lamun mulai terancam rusak akibat perubahan ekosistem laut. Seperti adanya pembuangan limbah, polusi air laut, reklamasi pantai, dan lainnya.
Meskipun upaya penyelamatan dugong belum banyak dilakukan, kita terus berharap mamalia laut yang menginspirasi dongeng putri duyung ini tetap lestari.
Penulis | : | Syanne Ayuresta |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR