Jika biasanya kain dibuat dari benang, kain yang satu ini memang beda. Di Kamboja dan Myanmar, ada kain yang dibuat dari serat teratai. Bagaimana kain dari serat teratai ini dibuat?
Mengambil serat teratai
Proses pembuatan kain diawali dari mengambil serat dari batang teratai. Serat ini akan lebih mudah diambil ketika beberapa batang dipotong bersamaan. Pisau adalah alat yang digunakan untuk memotong batang teratai, kemudian ditarik untuk mengeluarkan serat teratai.
Biasanya, lima batang teratai akan digabungkan dalam sekali pengambilan serat untuk membentuk benang yang cukup tebal. Ini sama seperti proses penghasilan benang dari sutra.
Serat ini kemudian diletakkan di atas kepingan papan yang lembab dan digulung dengan tangan untuk membentuk benang. Proses yang sama dilakukan terus menerus sambil menyambung ujung benang hingga panjang. Proses ini akan menghasilkan benang teratai yang panjang dan digulung sebelum digunakan untuk proses tenunan.
Proses pembuatan kain
Setelah benang diperoleh dari batang kain, kemudian proses selanjutnya adalah menenun benang. Prosesnya sama seperti menenun benang dari kapas. Proses pembuatan kain dari serat teratai memerlukan proses yang cukup sulit. Bisanya menghabiskan waktu sekitar dua bulan.
Untuk menghasilkan satu pakaian lengkap, dibutuhkan 120,000 batang teratai. Hal ini membuat kain dari serat teratai memiliki harga yang mahal, bisa menjadi 4 juta rupiah per meternya. Hal ini membuat kain dari serat teratai menjadi kain termahal di dunia.
Tidak banyak teknologi yang digunakan dalam membuat pakaian dari serat teratai dan masih sedikit orang yang mengetahui keunikan pakaian dari teratai.
Sejak ratusan tahun
Ternyata membuat kain dari serat teratai bukanlah hal yang baru. Biasanya pakaian dari teratai ini dihadiahkan kepada pemimpin kuil. Awalnya, kain ini dibuat oleh para wanita di Myanmar sejak ratusan tahun lalu, terutama yang tinggal di daerah dengan jumlah teratai yang banyak.
Saat ini, kain dari serat teratai mulai banyak dikembangkan di kamboja, bahkan dipadupadankan dengan kain sutera.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR