Dewa Zeus adalah dewa para manusia dan hewan. Suatu ketika, Dewa Zeus meminta seluruh burung di dunia untuk berkumpul di depannya. Ia ingin memilih burung yang paling indah untuk diangkat menjadi raja burung. Nantinya, raja burung akan berkuasa dan memerintah semua burung di seluruh dunia.
Setelah mendengar berita itu, semua burung berkumpul di tepi sungai untuk mandi. Mereka membersihkan bulu-bulu mereka dan mempercantik diri.
Di tepi sungai itu, tampak ada burung jalak, flamingo, merak, elang, bulbul, dan bangau. Seekor burung gagak muda juga tak mau ketinggalan. Ia ikut berdandan membersihkan bulu-bulunya. Namun, ketika melihat bulu-bulu burung lainnya, Gagak langsung sadar kalau bulunya tidak indah.
“Aku tidak boleh putus asa,” gumam Gagak. “Setiap masalah, pasti ada jalan keluarnya,” pikirnya.
Maka Gagak lalu menunggu sampai semua burung pergi. Ketika tinggal sendirian, Gagak mulai mengumpulkan semua bulu aneka warna yang terjatuh, milik burung-burung lain. Ia lalu menempelkan bulu-bulu aneka warna itu ke ekor, tubuh, kepala, dan sayapnya. Kini Gagak terlihat cantik dengan bulu warna-warni yang unik.
Di hari yang ditentukan, berkumpullah semua burung di depan Dewa Zeus. Gagak sudah menghias dirinya dengan berbagai bulu aneka warna yang dikumpulkannya.
Setelah menilai keindahan semua burung yang berkumpul, Dewa Zeus lalu mengumumkan.
“Burung yang tercantik adalah Gagak! Warna bulu-bulunya sungguh luar biasa indahnya. Dialah yang akan menjadi raja burung!” seru Dewa Zeus.
Seketika muncul keributan di antara para burung. Mereka terkejut mendengar pengumuman Dewa Zeus. Beramai-ramai, semua burung lalu melempari Gagak. Mereka juga mencabuti bulu-bulu palsu yang ditempelkan Gagak di tubuhnya sendiri.
Gagak sangat ketakutan dan terbang lari dari tempat itu.
“Selalu ada jalan keluar untuk setiap masalah. Tetapi karena berbuat curang, aku malah tertangkap masuk ke dalam masalah!” gumam Gagak menyesali perbuatannya.
(Dok. Majalah Bobo / Fabel)
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR