Endek adalah kain tenun ikat khas Bali. Jenis kain ini memiliki beberapa keunikan. Kain ini memiliki berbagai motif unik dari yang sakral hingga yang mencerminkan nuansa alam.
Sejarah
Kain endek mulai berkembang sejak tahun 1975, yaitu pada masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung. Kain endek ini kemudian berkembang di sekitar daerah Klungkung, salah satunya adalah di Desa Sulang. Setelah Indonesia merdeka, kain endek semakin berkembang dengan cepat.
Pada tahun 1985-1995 kain endek berkembang pesat karena adanya dukungan dari pemerintah. Pada masa ini, proses produksi kain endek sudah menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).
Kemudian pada tahun 1996-2012, kain endek mengalami penurunan akibat dari banyaknya persaingan. Penurunan ini juga disebabkan karena bahan baku yang sulit didapat. Namun, pada tahun 2011 kain endek mulai berkembang kembali karena murahnya bahan baku dan mulai diminati sebagai bahan membuat seragam. Bahkan di Bali telah ada pemilihan Duta Endek untuk melestarikan kain ini.
Motif
Kain endek memiliki motif yang beragam. Bahkan, beberapa motif kain endek dianggap sakral, seperti motif patra dan encak saji. Motif ini hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan di pura atau kegiatan keagamaan lainnya. Adapula motif kain endek yang hanya boleh digunakan oleh orang-orang tertentu, seperti para orang tua dan kalangan bangsawan. Selain itu ada juga motif nuansa alam yang biasa digunakan untuk kegiatan sosial.
Motif kain endek semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Saat ini, endek juga mulai dipadupadankan dengan kain jenis lainnya untuk menghasilkan busana yang indah.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR