Kalau bicara kota Palembang, pasti yang terlintas adalah pempek dan jembatan Ampera. Betul? Yup, baru-baru ini, ada pemandangan yang tak biasa di jembatan itu.
Ikon Palembang
Tak lengkap rasanya berkunjung ke Palembang kalau tak mampir ke jembatan terkenal yang satu ini. Jembatan Ampera. Jembatan ini merupakan jembatan penghubung antara dua wilayah, yakni seberang ilir dan seberang hulu.
Sebenarnya, ide pembangunan Jembatan Ampera ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda, sekitar tahun 1906. Tujuannya untuk menghubungkan dua wilayah di Palembang yang terpisah oleh Sungai Musi. Sayangnya, pembangunan jembatan ini baru terealisasi pada tahun 1957.
Jembatan Ampera ini mempunyai panjang sekitar 1.000 meter dan lebar 22 meter. Jembatan Ampera pernah tercatat sebagai jembatan terpanjang di Asia. Dulu, pada bagian tengah jembatan Ampera dirancang bisa terbuka dan tertutup.
Tujuannya, kapal besar yang melintas sungai Musi tidak tersangkut badan jembatan. Namun, kini bagian tengah jembatan Ampera sudah tidak bisa terbuka lagi. Karena sudah tidak ada kapal besar yang melintas. Dan proses membuka dan menutup jembatan ini memakan waktu yang cukup lama, sekitar 30 menit. Kalau prosesnya terlalu lama, dikhawatirkan mengganggu lalu lintas di atas jembatan.
Wajah baru jembatan
Sejak tahun kemarin, di sisi jembatan Ampera dipadati dengan alat-alat berat. Pemerintah Sumatera Selatan sedang melakukan pembangunan jalur kereta api ringan atau Light Rail Transit (LRT). Pembangunan kereta ini diperkirakan akan selesai pada tahun depan. Tak heran, kalau kawasan sekitar Jembatan Ampera saat ini lebih padat dari biasanya. Sebab, LRT Palembang akan memiliki jalur yang berdampingan dengan jembatan Ampera. Wah, semoga pembangunan LRT di Palembang cepat selesai, ya!
Sst! Menikmati keindahan jembatan Ampera saat malam hari juga menarik, lo. Soalnya, jembatan ini dihiasi dengan lampu-lampu cantik. Duh, jadi pingin selfie, deh! He he he…
Foto : Marisa*
Cara Bersikap terhadap Barang yang Dipakai, Materi Kelas 4 SD Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Marisa Febrilian |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR