Laut tidak hanya bisa dijadikan tempat para nelayan menangkap ikan, atau sekedar dinikmati pemandangan alam bawah lautnya. Namun laut juga dapat dijadikan sebagai lokasi syukuran, festival, ataupun menggelar acara sesuai tradisi yang ada. Acara apa saja sih yang biasanya di gelar di laut atau sepanjang pantai?
Festival Shiogama Minato dan Festival Kibune Jepang
Festival Shiogama ini pertama kali dilangsungkan pada tahun 1984, dan digelar sebagai wujud syukur para penduduk Shiogama yang telah melewati masa perekonomian yang sulit.
Festival ini menggunakan dua kapal besar yang masing–masing membawa tandu yang dihias dengan megah (mikoshi). Satu mikoshi ini dikawal atau didampingi oleh 100 kapal hias yang unik.
Setelah upacara di tengah lautan selesai dilakukan, maka mikoshi itu dibawa kembali ke daratan, lalu di tandu berkeliling kota, kemudian dibawa lagi ke kuil.
Selain itu masih banyak festival–festival laut lainnya di Jepang yang menarik dan unik. Seperti festival Kibune, Kangen Festival, Hamaori Festival, Enoshima Tennou Festival, juga Festival Sonomairi.
Festival musik laut di Amerika
Di Amerika Serikat, ternyata pernah dilangsungkan festival musik bawah laut. Festival yang berlokasi di Looe Key Reef ini di ikuti sejumlah penyelam, stasiun radio, hingga lembaga pelestarian terumbu karang.
Bagaimana caranya mendengar musik di bawah laut? Rupanya alunan musik yang mengambil tema laut itu dapat di dengar melalui speaker kedap air dengan kabel yang memanjang ke perahu di atasnya.
Ratusan peserta yang mengikuti acara festival musik menggunakan kostum bertema laut, seperti kostum putri duyung, tokoh kartun, bahkan ada juga yang memainkan terompet berbentuk ikan. Unik, yah teman – teman.
Hajat laut Pangandaran, Jawa Barat
Di tanah air juga sering dilangsungkan acara besar di laut, teman– eman. Seperti Hajat laut Pangandaran, acara yang digelar ini sebagai wujud syukur terhadap pemberian Tuhan Yang Maha Esa, atas hasil tangkap yang melimpah.
Hajat ini biasanya dilaksanakan setiap bulan Syura atau bulan Muharam berdasar penanggalan Hijriah. Biasanya para nelayan melarung (Dilarutkan ke laut) sesajen di laut lepas, berupa kepala kerbau dan kambing, makanan, buah–buahan, pakaian serta beberapa aksesoris.
Perahu–perahu nelayan dihias sedemikian rupa, bahkan ada juga beberapa perahu yang dibuat secara khusus dengan berukirkan kepala naga atau bahkan juga ukiran lainnya.
Penulis | : | Eka Kartika |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR