Dahulu kala, hidup seorang gembala muda bernama Serpa. Ia dan puteri raja saling mencintai. Namun mereka tidak mungkin menikah karena raja tidak ingin punya menantu seorang gembala.
Tidak jauh dari negeri itu, hidup seekor binatang buas yang sangat besar. Setiap malam binatang buas itu keluar dari guanya di atas sebuah gunung, untuk mencuri emas di istana raja. Tidak ada seorangpun yang berani mendekati dan menghalangi binatang buas itu.
Suatu hari, sang raja mulai berpikir. Bila setiap malam emas-emasnya dicuri binatang buas, maka negerinya akan jatuh miskin. Rakyatnya pun akan hidup menderita, pikir raja. Maka raja lalu membuat sayembara,
"Siapa yang dapat mengambil kembali emas-emas kerajaan dari tangan binatang buas, ia boleh menikah dengan puteri raja. " Begitulah bunyi sayembara.
Banyak pendekar tangguh yang pergi ke tempat binatang buas, untuk mengambil kembali emas kerajaan. Namun tidak ada yang pernah kembali lagi. Serpa ingin sekali mengikuti sayembara itu. Sebab ia ingin menikahi puteri raja.
"Tapi, apa yang harus kulakukan agar bisa mengambil emas-emas itu, dan kembali dengan selamat?" pikir Serpa.
Suatu hari, Serpa pergi menggembalakan domba-dombanya di padang rumput. Ia duduk di sebuah batu besar untuk melepas lelah sambil memikirkan puteri raja. Tiba-tiba datang seekor domba berwarna hitam mendekati Serpa.
"Tuanku," bisik domba hitam itu. Serpa sangat terkejut dan ia terjatuh dari atas batu.
"Bagaimana kau bisa bicara?" tanyanya tak percaya.
"Tuanku, lebih baik sekarang tuanku mendengarkan nasehatku ini. Aku punya dua nasihat untuk Tuan. Pertama, saat bertemu dengan binatang buas itu, Tuan harus bersikap sopan. Sapalah dia, karena dia tidak mungkin menyakiti orang yang sopan. Kedua, binatang buas itu menyimpan emas-emas curiannya di ujung ekornya."
"Benarkah?" kata Serpa senang. "Sekarang aku akan pergi dan mengikuti saranmu itu. Oya, terimakasih banyak atas nasehatmu," kata Serpa sambil berlari meninggalkan domba-dombannya itu.
Saat akan melangkah masuk ke dalam gua, Serpa mendengar suara raungan yang sangat keras. Serpa sadar, ternyata binatang buas itu sudah berdiri di dekatnya. Saat binatang buas itu melihat Serpa, ia segera mencengkeram tubuh Serpa dengan tangannya yang besar dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
Awalnya Serpa merasa sangat ketakutan. Namun ia teringat akan nasehat si domba hitam.
"Selamat siang... Maaf bila aku menganggu waktu tidur siang Anda," sapa Serpa.
Binatang buas itu sangat terkejut. Baru pertama ini ia mendengar sapaan ramah manusia kepadanya.
"Sepertinya kau orang baik. Maukah kau makan kue dan minum teh hangat di dalam guaku?" tanya binatang buas itu.
"Dengan senang hati," ujar Serpa lagi seramah mungkin.
Setelah menikmati kue yang begitu lezat, binatang buas itu tertidur pulas. Dengan hati-hati, Serpa segera mengambil emas-emas di ujung ekor binatang buas itu. Saat keluar dari dalam gua, ia menghancurkan jembatan yang menghubungkan negerinya dengan gunung tempat tinggal binatang buas itu.
Raja merasa sangat senang dan juga bangga kepada Serpa. Keesokan harinya pernikahan puteri raja dengan Serpa pun dilangsungkan dengan sangat meriah.
Setelah menjadi seorang pangeran, Serpa menyiapkan sebuah kamar di istana untuk domba hitam yang telah menolongnya. Namun anehnya, Serpa tidak pernah lagi mendengar domba hitam itu berbicara.
(Dok. Majalah Bobo)
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR