Satu musim panas yang indah, Lilian si kumbang kecil pergi mencari temannya si belalang. “Ratu mawar akan segera menikah dan mengundang kita ke pesta besar! Ayo, lebih baik kita berangkat sekarang,” ujarnya penuh semangat.
Belalang, yang menjadi pemusik, segera membawa biolanya dan mengikuti si kumbang kecil. Mereka berdua berjalan sangat jauh menyusuri jalan menuju Tanah Mawar. Walau lelah, mereka tak menghentikan perjalanan. Namun akhirnya mereka merasa sangat lelah dan beristirahat.
Lalu Lilian memiliki ide yang cemerlang. ”Ayo kita buat sebuah kereta,” katanya. “tapi, sayang sekali! Kita tidak punya siapapun untuk menariknya!”
Tak jauh dari mereka, ada seekor Ibu ulat, sedang sibuk menggigiti daun. Dengan malu-malu ia berkata, “Jika kalian mau, saya bersedia menjadi kereta kalian!”
Si kumbang kecil dan si belalang melihat ke ibu ulat dengan gembira. Mereka mengikat pita cantik pada si ulat. Lalu mengendarainya.
Di perjalanan, mereka bertiga bertemu seekor kupu kupu berwarna cerah. Kupu-kupu itu ingin bergabung dengan mereka. Kini mereka berempat berjalan bersama. Di tengah jalan, dua ekor burung gereja juga ikut bergabung.
Semuanya merasa senang, dan menyanyi sekuat mungkin, ditemani belalang dengan biolanya. Akhirnya mereka sampai di Tanah Mawar!
Ratu Mawar terlihat berseri-seri dengan gaun putihnya. Ia berdiri di samping mempelai laki-laki yang bertopi dengan hiasan bunga jagung sederhana. Mempelai laki-laki juga tampak sangat bahagia. Sang ratu sangat senang menyambut tamu-tamunya. Air mata kegembiraan di kelopak matanya membuat dirinya semakin cantik.
Pesta meriahpun dimulai. Mereka menari sepanjang malam. Belalang tanpa lelah menggesek biolanya, memainkan lagu-lagu ceria. Tak pernah terlintas di pikiran bunga – bunga di Tanah Mawar, bahwa akan ada kejadian indah di Tanah Mawar.
(Dok. Majalah Bobo)
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR