Di Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, ada pemandangan air terjun yang sangat indah. Menurut cerita legenda masyarakat Tapanuli, air terjun Mursala ini merupakan tempat Putri Runduk yang cantik bermain air dan mandi.
Airnya Langsung Jatuh ke Samudera
Air terjun Mursala terletak di salah satu tebing Pulau Mursala di wilayah Tapanuli Tengah. Air terjun ini sangat unik karena airnya langsung byuuuurrrr dari ketinggian 40 meter dan langsung jatuh ke samudera.
Air terjun di Pulau Mursala merupakan salah satu keindahan pantai negeri kita. Pemandangannya indah dan jarang ada bandingannya. Pulau Mursala terletak di antara Pulau Sumatera dan Pulau Nias.
Air Terjun Tanpa Sungai
Air terjun biasanya memiliki sungai. Tetapi, air terjun Mursala tidak memiliki sungai. Tahukah kamu dari mana air terjun ini berasal? Persis seperti air terjun Kahatola di Halmahera Barat, di atas air terjun Mursala juga tidak ada sungai. Air terjun Mursala berasal dari luberan danau kecil yang terbentuk dari cekungan batuan yang menampung air hujan dan air tanah dari hutan di sekitar Pulau Mursala. Saat air di dalam cekungan itu penuh, air akan meluber ke tempat yang rendah dan menjadi air terjun.
Dari Kota Pandan dan Sibolga
Pulau Mursala hanya dihuni oleh beberapa nelayan, sehingga tidak ada kapal reguler yang melayani ke pulau ini. Kalau ingin ke sana, semua wisatawan harus menyewa perahu untuk menikmati keindahan air terjun ini.
Untuk mencapai tempat ini, kita bisa menyawa perahu mesin dari Pantai Kahona di kota Pandan, Ibukota Tapanuli Tengah. Dengan kapal cepat, tempat ini bisa ditempuh sekitar satu jam. Sedangkan dengan perahu mesin biasa, bisa ditempuh sekitar 2 jam.
Selain dari kota Pandan, Pulau Mursala juga dapat dicapai melalui Sibolga. Untuk menuju Sibolga, wisatawan bisa naik pesawat dari Medan ke Sibolga sekitar 45 menit.
Legenda Putri Runduk
Menurut legenda, danau itu merupakan tempat bermain Putri Runduk yang sangat cantik. Beliau adalah permaisuri Raja Jaya Dana, sang penguasa Kerajaan Barus Raya, kerajaan Islam di Sumatera Utara pada abad ke-7.
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR