Buah ini memiliki banyak nama. Selain campolay, ada juga yang menyebutnya sawo mentega, sawo ubi, sawo belanda, alkesah, atau kanistel. Disebut sawo karena buah ini memang masih satu keluarga dengan sawo.
Dalam bahasa Inggris campolay disebut canistel, hairy ball, atau yellow sapote. Sedangkan nama Latinnya Pouteria campechiana. Nama latin ini merujuk pada nama kota Campeche di Meksiko, tempat asli tumbuhan ini. Mungkin dari nama kota itu juga buah ini disebut campolay.
Pohon campolay berukuran sedang. Tingginya antara 20 hingga 30 meter. Rantingnya bergetah. Daun-daunnya berkumpul di ujung ranting. Bunganya berwarna hijau kekuning-kuningan muncul di ketiak daun.
Buahnya berbentuk lonjong atau membulat dengan ujung berparuh. Setiap buah memiliki satu buah biji yang keras dan besar, berwarna cokelat. Warna buahnya hijau ketika muda. Makin tua warnanya, makin menguning. Daging buah yang sudah matang, bentuk dan rasanya hampir seperti ubi merah yang sudah dikukus.
Di Indonesia buah campolay biasa dimakan begitu saja. Memang ada sirup campolay yang terkenal dari Cirebon. Tapi jangan mengira sirup itu terbuat dari buah campolay, ya! Sirup campolay adalah sirup biasa yang terbuat dari gula. Hanya saja diberi cap buah campolay. Mungkin untuk mudahnya saja orang menyebut “sirup cap buah campolay” menjadi “sirup campolay.”
Di negara lain banyak kreasi makanan yang terbuat dari buah campolay. Daging buah campolay yang sudah dihaluskan dibuat campuran es krim, milkshake, puding, pancake, pai, atau dibuat selai untuk olesan roti.
Sudahkah Teman-teman makan buah campolay?
Penulis | : | Aan Madrus |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR