----
Malam itu penuh bintang. Cendan tak segera tidur walaupun ia lelah. Ia melihat bintang-bintang yang indah dan banyak. Tiba-tiba, Cendan merasa hanya ia yang sendirian.
“Halo bintang, dimanakah Ayah dan Ibuku sekarang? Bisakah kamu kabarkan?” kata Cendan. Tidak terasa air matanya turun mengingat peristiwa para pemburu liar yang menangkap Ayah dan Ibunya untuk dijual dengan harga mahal. Burung cendrawasih yang dipuja-puja, ternyata membawa petaka untuk keluarga Cendan.
“Bintang ada banyak… Seta sudah bertemu keluarganya. Lalu aku?” tanya Cendan dalam hati.
“Kamu harus ingin, kami di sini keluargamu....”
Tiba-tiba ia teringat kata-kata Sisi, singa baik hati yang mengantarkannya dalam perjalanan menemukan Seta dan keluarganya.
“Selamat Seta, pencarianmu berbuah manis. Doakan, aku pun begitu. Bisa menemukan Ayah dan Ibuku,” kata Cendan berbisik, seperti berdoa.
Malam itu Cendan memakai lagi senter kepala yang dititipkan Tuan Lanlan. Ia terbang.
Kemanakah Cendan?
Kembali ke rumah atau mencari orang tuanya?
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR