“Ibuuuu…. Bapaaaak” katanya cukup kencang.
“Ssssttt… disini bicaranya pelan-pelan, ya, Rin,” bisik Ibu. Riana menoleh ke kiri dan ke kanan, menyadari semua orang sekarang menatap kepadanya.
“Ibu Bapak, Riana rindu sekai,” kata Riana.
“Kami pun merindukan Riana,” jawab Bapak.
“Riana ingin ikut ke kota. Riana tidak keberatan membantu pekerjaan Ibu dan Bapak di kota,” kata Riana.
Ibu menggeleng dan tersenyum halus. “Nanti, Ibu dan Bapak yang akan pulang ya Rin. Riana belajar yang rajin di rumah dan jaga Oma, ya,” kata Ibu.
“Riana boleh melihat bintang dari jendela, tetapi tak perlu sampai larut malam, ya. Kan, kita bisa bertemu di mimpi seperti sekarang,” kata Ayah.
“Mimpi?” Riana kebingungan. Jadi ini mimpi. Pertemuan Riana, Ibu, dan Bapak ternyata mimpi.
---
Riana merasa badannya diangkat. Saat berusaha membuka mata, ternyata ia diangkat Bibi Lisa, adik Ibu. Samar-samar ia melihat ruang kamarnya kembali. Ia sudah berpindah dari loteng.
“Selamat tidur, ya, Rin,” Kata Bibi Lisa sambil mengecup kening Riana.
Riana kembali melanjutkan tidurnya dan berharap bisa bertemu Ibu dan Bapak lagi.
Cerita: Putri Puspita
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR