Wow! Enak sekali masakan di rumahmu, Kiria,” kata Taras. Dia pun menggigit paha ayam balado itu dengan penuh semangat.
“Iya. Ota juga suka. Soalnya biasanya balado ayam kan pedas. Yang ini enak. Enggak pedas sama sekali,” sahut Ota dengan pipi menggembung penuh nasi campur ayam.
“Enak dooong… Ini masakan dari rantangan Bu Risty. Sudah tiga tahun lebih aku langgananrantangan dari Bu Risty. Dan Bu Risty sudah tahu persis kalau aku sekeluarga enggak ada yang doyan makan pedas,” sahut Kiria santai.
“Bu Risty yang anaknya tukang judi itu?” tanya Luna dengan kening berkerut.
Kiria mengangguk. Lalu dia menghela napas panjang. “Sebenarnya aku kasihan pada dia… Bu Risty kan sangat baik. Entah kenapa kok anaknya bisa seperti itu…”
Sebelas hari kemudian, sepulang sekolah Geng LOTRIA kembali berkumpul di rumah Kiria.
“Kalian pasti lapar. Kita makan dulu, ya?” ajak Kiria ramah.
“Eeeh, hari ini ada rantangan dari Bu Risty lagi, kan?” tanya Taras penuh semangat.
Namun Ota malah sudah lebih dahulu membuka tudung saji. Matanya langsung membelalak girang begitu melihat makanan yang tersedia di atas meja makan. “Wooow! Ayam balado lagi…! Pasti enaaak!”
Tanpa minta izin lagi, Ota langsung menyambar sepotong paha ayam dan melahapnya. Luna langsung membelalak sewot pada Ota.
“Otaa… Izin dulu dong sama Kiria.”
Kiria tersenyum dan menggeleng,” Enggak apa-apa kok, Luna…”
Detik berikutnya, mereka semua kaget. Ota tiba-tiba terbatuk-batuk. Dia kemudian mengambil tisu dan memuntahkan daging ayam itu dari mulutnya.
“Kamu kenapa, Ta?” Tanya Taras heran.
“Pedaaasss! Huaaa!! Pedaaas banget!” seru Ota panik. Cepat-cepat dia menyambar segelas air dan menenggaknya banyak-banyak.
“Apaa? Enggak mungkin!” seru Kiria. Dia pun menyomot sepotong ayam dan menggigitnya. Kiria terdiam sejenak. Wajahnya menegang…
“Kenapa?” tanya Luna heran.
“PEDAAAAAASSS!!!” pekik Kiria panik bukan main. Sama seperti Ota, Kiria pun langsung menyambar segelas air dan menenggaknya dengan sangat cepat. Kini Luna dan Taras saling berpandangan dengan sangat heran.
“Ada yang enggak beres!” seru mereka berbarengan.
“Kita harus ke tempat Bu Risty sekarang juga!” usul Taras tegas.
Geng LOTRIA yang lainnya pun mengangguk. Cepat-cepat mereka melangkah pergi meninggalkan rumah Kiria. Bahkan perut keroncongan pun sudah tidak mereka pedulikan lagi.
***
“Kalau saya bilang Ibu lagi pergi, itu berarti Ibu enggak ada di rumah!” bentak Bonny, anak Bu Risty, dengan sangat galak. Matanya yang kelihatan merah dan teler menatap Geng LOTRIA dengan tatapan sangat terganggu.
“Kami tidak percaya, Kak! Pasti ada sesuatu yang terjadi pada Bu Risty,” jawab Taras tetap saja tenang.
“Sekali lagi saya katakan. Ibu saya baik-baik saja! Sekarang, silakan pergi!” sahut Bonny lagi sambil menatap Taras dengan semakin jengkel.
Geng LOTRIA saling berpandangan. Mereka tampak tetap tak ingin menyerah. Luna menghela napas panjang dan akhirnya melangkah maju. “Gimana kalau Kakak kasih kami kesempatan untuk masuk ke dalam? Kita kan bisa bicara baik-baik.”
Sayang, bukannya mengizinkan, Bonny malah menatap Geng LOTRIA dengan sangat marah. “Kalian ini pemaksa, ya! Sudah! Sudah! Ayo pergi!” Bonny mengulurkan tangannya dan menjewer telinga Kiria dan Ota. Pemuda tinggi besar itu menggeret mereka pergi dari depan rumahnya dengan paksa.
“Kubilang semuanya baik-baik saja, ya berarti baik-baik saja!” serunya kesal sekali. Namun… saat itulah… Taras tiba-tiba mendengar sesuatu.
“Sssshhh! Diaaam!”
Semua langsung terdiam. Mencoba mendengarkan apa yang membuat Taras meminta mereka memusatkan perhatian…
Sayup sayup… Geng LOTRIA pun mulai mendengar sesuatu… Suara itu sangat kecil. Namun mereka tetap bisa mendengar dengan jelas. Suara teriakan seorang wanita meminta tolong!
“Tolooong! Tolooong!”
“Itu pasti suara Bu Risty!” pekik Kiria penuh semangat.
Lalu, dengan gerakannya yang lincah, Kiria dan Luna serempak melompat dan berlari masuk ke dalam rumah Bu Risty tanpa menunggu izin.
“Berhentiii!” seru Bonny marah dan panik. Bonny pun segera mengajar mereka.
***
Pintu kamar itu terkunci. Namun untunglah kuncinya masih tergantung tepat di bagian depan pintu. Dengan gerakan cepat Luna memutar kunci itu. Lalu mendorongnya keras-keras.
BRAAAAKK!!! Pintu ruangan tempat suara itu berasal pun terbuka. Kiria dan Luna terbelalak kaget. Bu Risty berdiri tepat di balik pintu menatap mereka, juga dengan terbelalak.
“Lunaaa! Kiriaaa! Syukurlah kalian mendengar teriakan ibu!”
“Apa yang terjadi, Bu?” tanya Kiria cepat.
Sayang sekali, Kiria tetap masih kurang cepat. Di belakang mereka, Bonny sudah menghampiri dengan tampang sangat marah. Bahkan Bu Risty pun tak sempat menjawab.
“Kalian benar-benar anak-anak nakal. Aku enggak akan membiarkan kalian begitu saja!”
Luna dan Kiria menoleh, menatap Bonny yang tampak sangat mengancam, dengan ketakutan. Bonny melangkah semakin mendekat ke arah mereka.
Tepat saat itu…
“Bonny, cukup!”
Bonny tersentak kaget. Ternyata, Pak Edward, paman Bonny yang bekerja sebagai polisi telah berdiri di belakangnya. Pak Edward tampak benar-benar kesal. Sementara itu, Taras dan Ota berada di belakang Pak Edward sambil tersenyum lebar penuh kemenangan. Tentu saja Kiria sudah menghubungi Pak Edward sebelum datang ke rumah itu.
Wajah Bonny tampak pucat.
“Sekarang juga kamu ikut Paman! Ayo!” Pak Edward menggeret Bonny. Bonny benar-benar tak punya pilihan lain.
Sepeninggal mereka, Kiria langsung menghampiri Bu Risty. “Bu… Ibu enggak apa-apa?”
Bu Risty menggeleng. Matanya berkaca-kaca. “Terima kasih Geng LOTRIA. Terima kasih karena sudah menolong Ibu.”
“Sebenarnya ada apa, Bu?” tanya Taras lembut.
Bu Risty menghela napas panjang. “Bonny memaksa Ibu memberikan uang untuk berjudi. Ibu tak mau. Lalu dia marah dan mengurung ibu di kamar. Dia tak mengizinkan Ibu kemana-mana, kecuali memasak untuk membuat rantangan. Itu pun sepanjang ibu memasak, dia terus menerus mengawasi Ibu…” Bu Risty pun menunduk dengan sangat sedih… hanya sesaat. Karena setelah itu, ia segera mendongak dan menatap Geng LOTRIA dengan penuh terima kasih.
“Untung ada kalian yang menolong Ibu. Entah apa jadinya kalau kalian tidak berhasil menemukan Ibu. Terima kasih banyak, ya! Kalian memang benar-benar anak-anak yang cerdas!”
Geng LOTRIA saling pandang. Lalu Kiria pun maju, mewakili mereka. Katanya, “Aah Ibu jangan terlalu memuji. Justru ibu yang sangat cerdas. Ide Ibu membuat balado yang sangat pedas itu hebat, lo! Kami langsung tahu kalau ibu dalam bahaya. Soalnya biasanya Ibu kan tidak pernah membuat masakan pedas.”
“Iya… tapi, kalau kalian tidak cerdas, pasti kalian akan mengira Ibu salah memasak. Dan kalian tidak mengerti kalau itu adalah pesan kalau Ibu membutuhkan pertolongan,” sahut Bu Risty lagi dengan keras kepala.
“Tapi kan…” Kiria cepat-cepat membantah. Namun Ota kemudian memotong dengan tiba-tiba…
“Sudah! Sudah! Jangan oper-operan siapa yang cerdas. Kalau kalian semua enggak mau dibilang cerdas. Ya sudah. Bilang saja aku yang cerdas. Aku mau kok dipuji cerdas!” sahut Ota dengan cengiran lebar.
Geng LOTRIA yang lain langsung membelalak. Lalu… “Huuuh! Dasar kamu Otaaaa!” sambil berseru demikian, mereka pun berebutan mencubiti Ota dengan gemas.
Oleh: Aliny Alexandra Y.
Dok. Majalah Bobo
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR