Hari ini angin bertiup kencang sekali di negeri kelinci. Halaman rumah Bobo jadi kotor sekali oleh daun-daun yang berjatuhan. Bobo harus menyapunya dengan susah payah. Topi Bobo sampai terbang tertiup angin.
Akhirnya, daun-daun terkumpul. “Biar enggak berantakan, sebaiknya daun-daun ini kumasukkan keranjang, biar nanti sore dibakar Bapak,” pikir Bobo. Oh, tapi Bobo lupa membawa keranjang. Bobo masuk rumah untuk mengambilnya.
Sampai di luar, Bobo berseru kesal. Daun-daun yang sudah dikumpulkannya berantakan lagi tertiup angin. “Oh, angin yang nakal!” seru Bobo. Bobo terpaksa harus menyapu daun-daun itu kembali dengan susah payah.
Aha, Bobo punya ide! Dia mengikatkan sebuah paku panjang di ujung tongkat. “Sekarang, kamu enggak bisa lari lagi, daun-daun nakal!” kata Bobo sambil menusukkan tongkatnya untuk mengumpulkan daun-daun.
Bobo mendengar suara Emak berseru, “Bobo! Tolong bantu Emak, dong!” Ternyata, Emak sedang kerepotan mengambil jemuran yang beterbangan tertiup angin. “Pakai penjepit yang banyak saja, Mak!” usul Bobo.
Tiba-tiba... Brakkk! Pintu tertutup karena tertiup angin kencang. Terdengar suara tangisan Cimut dari dalam rumah. “Cimuuut!” Bobo dan Emak berlari panik. Untung Cimut tidak apa-apa. “Mungkin Cimut kaget,” kata Emak.
Cimut menangis terus, enggak mau berhenti. Bobo tersenyum. “Hei, Cimut, ayo ikut! Kita bermain-main dengan angin yang nakal ini!” Oho, Bobo mengajak Cimut ke tanah lapang. Banyak anak-anak kelinci yang bermain layang-layang di sana. “Ternyata, angin kencang ada gunanya juga, kan?” kata Bobo. Cimut tertawa senang melihat layang-layang mereka terbang tinggi.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR