Ternyata tidak semua kambing boleh disembelih dan dikonsumsi. Kambing hutan sumatera yang memiliki nama ilmiah Capricornis sumatraensis ini adalah salah satu jenis kambing yang tidak boleh ditangkap karena dilindungi oleh pemerintah.
Bertanduk Lurus
Kambing hutan sumatera berbeda dengan kambing biasa. Badannya kekar dan mirip anak kerbau. Moncongnya juga mirip moncong kerbau. Sedangkan tanduknya lurus, seperti tanduk antelop.
Kambing hutan sumatera hidup di alam bebas dan hanya terdapat di hutan Sumatera. Keberadaan kambing hutan ini sudah sangat langka, bahkan oleh International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), kambing ini sudah dinyatakan terancam punah.
Kambing hutan sumatera memang sudah sulit ditemukan. Menurut catatan penelitian terdahulu, kambing ini mampu memanjat lereng-lereng terjal dan bukit-bukit kapur.
Satwa ini diperkirakan masih hidup di Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Batang Gadis, Taman Nasional Gunung Leuser, dan Taman Nasional Pegunungan Bukit Barisan.
Ditemukan Warga
Akhir-akhir ini, penduduk Lampung yang membuka kebun di pinggir hutan Pegunungan Bukit Barisan sering melihat kambing hutan muncul. Ketika Gunung Sinabung meletus pada tahun 2013, penduduk setempat juga menemukan kambing gunung tersesat di pemukiman penduduk. Pada tahun 2016, seorang petani di Toba Samosir juga menemukan kambing hutan yang tersesat di pinggir hutan.
Kambing ini bisa tersesat karena hutan tempat mereka tinggal dan berlindung sudah semakin sempit akibat perambahan hutan. Padahal, kambing-kambing ini memerlukan tempat yang luas.
Umumnya, kambing hutan hanya terlihat sendirian. Menurut penelitian, kambing hutan memang termasuk satwa soliter atau suka hidup sendirian terutama yang jantan. Kambing hutan jantan akan berkeliling mencari pasangan pada saat musim kawin.
Konon, seekor kambing jantan juga memiliki wilayah tertentu dalam hutan untuk digunakannya sebagai tempat mencari makan dan berkelana. Untuk menandai wilayahnya, seekor kambing jantan akan menandainya denga kotoran dan air seni.
Perburuan Liar
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR