Paman Kikuk , Husin , dan Asta jalan-jalan ke Kota Tua. Di sebuah alun-alun besar, ada rombongan Ondel-ondel. Pemain ondel-ondel menari dengan lincah. Musik terdengar meriah. Wah, penonton banyak berdatangan. Tak lama kemudian, salah satu anggota rombongan berkeliling membawa wadah. Penonton memasukkan uang saweran.
KUSSUSANI
Ondel Ondel Kikuk
Husin juga ikut menyumbangkan uang. Paman Kikuk malah mengintip isi wadah.
“Wah, banyak juga uangnya,” gumam Paman Kikuk. Ia lalu mendekati pemilik ondel-ondel.
KUSSUSANI
Ondel Ondel Kikuk
“Pak, ondel-ondelnya aku pinjam sebentar, yaa,” rayu Paman Kikuk.
“Paman, jangan!” larang Husin khawatir. Pemilik ondel-ondel itu agak ragu, tapi akhirnya mengizinkan.
KUSSUSANI
Ondel Ondel Kikuk
“Sin, ini kantong untuk kamu minta uang pada penonton. Aku yang menari,” kata Paman Kikuk sambil masuk ke dalam ondel-ondel.
Pak pemilik membantunya.
KUSSUSANI
Ondel Ondel Kikuk
Paman Kikuk sudah di dalam ondel-ondel. “Waduh, aku tidak bisa lihat apa-apaaa…” jerit Paman Kikuk.
Ondel-ondel bergerak oleng ke sana-kemari.
KUSSUSANI
Ondel Ondel Kikuk
Paman Kikuk jadi tidak seimbang. “Aaaa…” GUBRAAK… ondel-ondel rubuh ke depan, menabrak sepeda tukang balon dan penjual bola.
KUSSUSANI
Ondel Ondel Kikuk
Tukang balon, tukang, bola, dan pemilik ondel-ondel marah. Mereka minta ganti rugi. Waaah, uang Paman Kikuk sampai habis.
“Paman, siiih…” Husin menepuk dahi.
(Cerita : Vanda Parengkuan/ Ilustrasi: Sabariman)
Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
KOMENTAR