Oki dan Nirmala mengunjungi peri hutan yang berulang tahun. Nirmala membawa hadiah hiasan taman mungil di dalam kubah kaca. “Wah, indah sekali!” puji peri hutan senang.
KUSSUSANI
Belajar Menyanyi
Pak Ngikngok juga datang untuk menghadiahkan lagu. Tapi manusia umbi Polkadot menghampirinya.
“Pak Ngikngok, tolong ajari aku nyanyi dulu dong!” pintanya.
KUSSUSANI
Belajar Menyanyi
Dengan sabar, Pak Ngikngok mulai mengajar. “Ayo, tarik napas yang dalam. Kempeskan perutmu.”
KUSSUSANI
Belajar Menyanyi
“Sekarang, keluarkan napas dari mulut dengan suara mendesis. Ssst…” Manusia umbi mengikuti dengan tekun.
KUSSUSANI
Belajar Menyanyi
“Sekarang cobalah nyanyi!” kata Pak Ngikngok. “Lalala… nanana… nenene…”
KUSSUSANI
Belajar Menyanyi
Aduuh, suara manusia umbi betul-betul membuat telinga sakit. Nirmala, Oki dan peri hutan segera menutup telinga.
“Aduuh, Nirmala, aku tidak tahan,” keluh peri hutan.
KUSSUSANI
Belajar Menyanyi
Untunglah Nirmala mendapat akal. “Hadiahmu kupinjam ya!” kata Nirmala pada peri hutan. Ia lalu menyulap miniatur taman tadi.
“Sim salabim!” Nirmala mengayunkan tongkatnya.
KUSSUSANI
Belajar Menyanyi
Wooo, miniatur itu menjadi besar. Pak Ngikngok dan manusia umbi berada di dalamnya. “Asyiik… suara manusia umbi tidak terdengar.
Kita bisa santai di sini,” kata peri hutan gembira. Eh, Pak Ngikngok juga sebenarnya tidak tahan lo, mendengar suara manusia umbi.
Tuh lihat, saja! Telinga Pak Ngikngok disumpal kapas. Hihihi…
(Cerita : Vanda P/Ilustrasi: Iwan Darmawan)
Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Sudah Banyak Minum, Tapi Masih Sering Kehausan? Bisa Jadi Ini Sebabnya
KOMENTAR