“Ayo main koboi-koboian!” ajak Coreng, pada suatu siang. “Kamu yang jadi koboi. Aku dan Upik jadi anak Indian,” kata Coreng. “Baiklah,” jawab Bobo. “Tapi aku ganti pakaian dulu, supaya kelihatan mirip koboi!”
Tak lama kemudian, mereka sudah mulai bermain. Dor! Dor! Dor! Bobo menembak anak Indian. “Yihuu, tidak kena!” seru Coreng dan Upik. Tapi, tiba-tiba… tik, tik, tik, turun hujan! “Yaaa, hujaaan,” keluh Coreng. “Yaaa, sayang sekali. Ayo cepat berteduh!” kata Bobo.
Coreng meletakkan panahnya di atas meja, kemudian melihat hujan yang turun. Sementara itu, Upik lebih suka bermain panah.
Upik menembakkan anak panah ke langit-langit. Clep! Clep! Kedua anak panah itu menempel di langit-langit dengan erat karena ujung anak panah dilapisi karet.
“Hei, mengapa kamu tembakkan ke sana, Pik?” tanya Bobo. Lalu, Bobo naik ke atas meja untuk melepaskan anak panah itu dari langit-langit.
Karet pada anak panah itu melekat kuat sekali, sehingga waktu ditarik, papan langit-langit berlubang! “Oh, bajuku basah! Air hujannya masuk!” seru Coreng dan Upik. Bobo terkejut. Tapi, ia segera mendapat akal.
“Tuan-tuan, dan Nyonya-nyonya, lihatlah si koboi akan beraksi!” teriak Bobo. Coreng dan Upik mengira Bobo akan menembakkan pistolnya. Tetapi, ternyata Bobo malah memutuskan tali pengikat peluru. “Apa yang akan kamu lakukan, Bo?” tanya Coreng kebingungan.
Pada menit berikutnya, Bobo benar-benar beraksi seperti koboi. Dor! Dor! Bobo menembakkan pistolnya ke langit-langit yang berlubang. Wuii, tembakannya tepat! Lubang itu sekarang tertutup. Mula-mula, Coreng dan Upik terkejut. Tapi kemudian mereka bersorak kegirangan.
“Hore! Hore! Hebat!” teriak Coreng. “Bobo telah menutup lubang itu, sehingga air hujan tidak dapat masuk lagi. Hore!” Coreng dan Upik menari-nari kegirangan. O, o, o, betapa bangganya Bobo.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR