Dulu, Danau Limboto pernah menjadi saksi sejarah. Kini, danau itu terancam menjadi sejarah.
Semakin Dangkal
Danau Limboto terletak di Kecamatan Limboto, Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Tahun 1930-an, diperkirakan kedalamannya 30 meter dan luasnya 7.000 hektar. Namun, kini, kedalamannya hanya sekitar 2 meter dan luasnya sekitar 3.000 hektar. Ya, Danau Limboto memang semakin dangkal.
Endapan Lumpur
Danau Limboto semakin dangkal karena endapan lumpur di dasarnya. Endapan itu dari mana? Hutan-hutan di hulu danau ditebangi. Akibatnya, terjadi erosi tanah. Tanah terkikis dan terbawa ke dalam danau. Tanah itu makin lama makin menumpuk di dasar danau. Ditambah pula sampah-sampah yang dibuang sembarangan.
Eceng Gondok
Danau Limboto berdekatan dengan Benteng Otahana. Dari atas benteng, danau itu terlihat dipenuhi hamparan pulau-pulau hijau. Itu sebenarnya eceng gondok. Tanaman itu tumbuh subur, karena tanah di dasar danau mengandung zat makanan untuknya. Saking suburnya, hamparan eceng gondok itu hampir menyelimuti seluruh Danau Limboto. Enggak heran, kalau danau itu jadi semakin dangkal.
Banjir
Pendangkalan Danau Limboto menimbulkan masalah. Ketika musim hujan tiba, danau tidak bisa menampung air hujan. Bahkan, air malah meluap. Akibatnya, desa-desa di pinggir danau terendam banjir. Para nelayan pun kesulitan mencari ikan, karena ketika hujan, danau menjadi keruh sehingga ikan-ikan mati.
Saksi Sejarah
Danau Limboto telah rusak terbengkalai. Padahal, dulu, danau itu saksi sejarah saat kerajaan-kerajaan di Gorontalo masih berjaya. Danau itu juga saksi sejarah ketika Presiden Soekarno datang ke Gorontalo tahun 1950 dan 1956. Beliau naik pesawat amfibi dan mendarat di Danau Limboto. Foto-foto kedatangannya disimpan di Museum Pendaratan Pesawat Amfibi, di tepian Danau Limboto.
Jika tidak segera dilindungi, diperkirakan 15 tahun lagi, Danau Limboto benar-benar jadi sejarah.
Teks: Lita, Foto: Riomanadona/Dokumentasi Bobo
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR