Dahulu kala, ada seorang petani miskin sedang bekerja di sawah milik Tsar, raja Rusia. Saat ia sedang tekun mencangkul sawah, lewatlah Tsar dan berhenti di dekatnya. Petani itu langsung memberi hormat.
“Hai petani, berapa upahmu sebulan untuk pekerjaan mencangkul sawah ini?” tanya Tsar.
“80 rubel, Yang Mulia,” kata petani miskin.
“Dan bagaimana kau mengatur penggunaan uang itu?” tanya Tsar lagi.
“Seperempat untuk membayar pajak. Seperempat untuk membayar hutangku. Seperempat aku pinjamkan. Dan seperempat, aku biarkan dibawa terbang burung dari jendelaku…”
Tsar tampak terdiam bingung. Lalu bertanya lagi, “Aku mengerti kau taat membayar pajak. Tapi, kepada siapa kau berhutang? Dan kepada siapa kau pinjamkan uangmu? Lalu, mengapa seperempat uangmu kau biarkan dibawa terbang burung?”
Petani itu tersenyum.
“Itu hanya teka-teki, Yang Mulia. Agar Yang Mulai tertarik mendengar ceritaku…”
“Lalu, apa maksud teka-tekimu,” tanya Tsar penasaran.
“Ayahku sudah membesarkan aku. Itu artinya aku berhutang padanya. Jadi aku membayar hutangku dengan cara merawat dan menjaga ayahku. Walau aku tahu, aku tak akan pernah bisa membayar hutangku yang besar pada ayahku,” kata petani itu sambil tersenyum haru teringat akan ayahnya.
“Uangku yang seperempat, aku pinjamkan pada anak lelakiku, sehingga ia bisa bersekolah dan belajar. Anakku akan membayar hutangnya padaku, dengan cara menjadi anak yang baik, mandiri dan menjaga aku di hari tuaku. Lalu, uangku yang seperempat, aku biarkan dibawa terbang burung. Karena anakku yang perempuan, akan segera menikah. Ia lalu akan pindah ke negeri lain, mengikuti suaminya yang bekerja di sana.”
Tsar mengangguk senang mendengar penjelasan teka-teki si petani. Tsar lalu menggunakan teka-teki itu sebagai bahan cerita saat bercanda dengan tamu-tamu negaranya. Karena terkesan akan kepandaian si petani, Tsar lalu menghadiahkannya sebidang sawah untuk menjadi milik si petani sendiri.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR