Ketika mandi, kita pasti memakai sabun. Sabun mandi yang lembut dan wangi itu ternyata asalnya dari abu gosok. Hah! Siapa yang menyangka!
Menurut legenda, sabun ditemukan oleh orang Romawi secara tidak sengaja. Ceritanya, para perempuan Romawi selalu mencuci baju di sungai Tiberias. Suatu hari, mereka mendapatkan air sungai sangat kotor oleh abu dan minyak. Abu dan minyak itu berasal dari lemak domba yang dibakar dengan kayu di Gunung Sapo yang merupakan hulu sungai Tiberias.
Ternyata air kotor itu malah membuat pakaian jadi bersih. Berita baik itu langsung menyebar luas. Mereka menyebut campuran minyak dan abu itu sebagai sapo. Entah bagaimana cara pengucapannya, akhirnya dari kata sapo jadi soap.
Kisah lain mengatakan, dahulu kala putri-putri Yunani suka membersihkan badan dengan abu gosok. Mereka melumuri seluruh badannya dengan abu gosok yang telah dicampur dengan minyak. Setelah itu badan dikerik. Abu gosok lepas dari badan bersama kotoran. Wow, dengan mandi seperti itu, putri-putri Yunani terkenal dengan kebersihan kulitnya.
Nenek moyang kita juga punya kebiasaan mencuci piring dan perabotan lainnya yang berlemak dengan menggunakan abu gosok. Abu gosok ditaburkan di piring kemudian digosok dengan menggunakan sabut kelapa. Hasilnya piring, gelas, dan perabotan itu jadi bersih.
Mengapa abu gosok bisa membersihkan? Secara ilmiah, campuran abu gosok dengan air menghasilkan senyawa alkali yang bersifat basa. Ketika bercampur dengan minyak, campuran itu punya kekuatan yang dahsyat untuk membersihkan.
Sekarang sabun tidak lagi dibuat dari abu gosok. Sebagai gantinya abu gosok, digunakan alkali yang dihasilkan dari bahan kimia seperti Natrium. Natrium itu dicampur dengan minyak nabati dan lemak hewani. Bahan-bahan itu dipanaskan pada suhu 80-100 derajat celsius hingga menghasilkan sabun mentah. Proses ini disebut saponikasi. Sabun itu diberi aroma dan warna yang menarik. Serta dicetak dengan bentuk yang cantik.
Penulis | : | Aan Madrus |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR