“Awawawa...” teriak Bobo. Bobo dan teman-temannya sedang bermain perang-perangan suku Indian. Wajah mereka dicoreng moreng pakai cat rias. Coreng memakai ikat kepala bulu angsanya. “Aku Bobo, kepala suku Kuping Panjang, huhuhuhu...!” teriak Bobo. “Jangan sombong, Kuping Panjang! Lawan dulu Doni, kepala suku Kaki Pendek, auououo!” teriak Doni tak mau kalah.
“Bobo, gawat! Anak kita diculik oleh suku Kaki Pendek!” lapor Coreng dengan panik. “Bobobo!” teriak Cimut yang digendong oleh Doni. “Kita harus menyelamatkan Cimut! Pasukan Kuping Panjang, majuuuu!!!” seru Bobo.
Tiba-tiba... BUKKK! Karena kurang hati-hati, Doni tersandung. Doni dan Cimut pun jatuh. Untung mereka tidak terluka. Tapi, Cimut langsung menangis keras karena kaget.
“Cimut, jangan menangis, Sayang. Kamu tidak apa-apa, kok,” hibur Coreng. Anak-anak yang lain juga berusaha menenangkan Cimut. Tapi, Cimut tetap menangis keras. “Oa..oa...” teriak Cimut.
“Suku Telinga Panjang dan suku Kaki Pendek harus berdamai,” kata Bobo dengan bijaksana. Bobo dan Doni pun bersalaman tanda perdamaian. “Kita harus bekerja sama menenangkan Cimut,” katanya.
“Karena sudah berdamai, ayo kita menari bersama,” ajak Bobo sambil mengerdipkan mata. Anak-anak pun menarikan tarian Indian dengan gaya mereka yang lucu. Hi hi hi... Cimut tertawa geli dan lupa dengan tangisannya.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi
AIA Healthiest Schools Dukung Sekolah Jadi Lebih Sehat Melalui Media Pembelajaran dan Kompetisi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR