Jon menjerit ketakutan. la lari pontang-panting menuju kamar pelayan. Di balik pintu lemari tadi ia melihat sebuah wajah sedang tersenyum kepadanya.
“Ada apa, Pak?” pelayan tua itu membuka pintu kamarnya.
“Aku... aku....” Jon mencoba menenangkan diri. Lalu berkata, “Aku tidak enak tidur sendirian. Lebih baik aku tidur di sini saja bersama Bapak.”
“Ooo silakan,” sahut pelayan itu ramah.
Jon membaringkan tubuhnya di dekat pelayan itu.
Lalu bertanya, “Mengapa Bapak tidak menyalakan lampu?"
“Gedung ini belum ada aliran listrik,” sahut pelayan itu. “Saya sudah terbiasa tidur dalam gelap.”
Tak berapa lama si pelayan itu sudah mendengkur dengan keras.
Sementara Jon tidak bisa memejamkan matanya. la melamun sendirian. Memikirkan anak istrinya di rumah. Anak perempuannya baru berusia dua tahun. Sangat lucu.
Apalagi kalau sedang berceloteh, ugh..... menggemaskan. Jon tersenyum. Ia tiba-tiba rindu pada anaknya itu. Tapi, hei....suara apa itu?
Ada bunyi langkah di depan pintu kamar. Jon menyandarkan punggungnya ke bantal, lalu mempertajam pendengarannya. Ya, benar. Ada bunyi langkah-langkah seseorang yang sedang mondar- mandir. Persis di depan pintu kamar.
Siapa yang berada di luar? Hantu, kah? Jon menjadi ketakutan. Ia tidak berani memicingkan matanya. Sepanjang malam ia duduk sambil menatap ke arah pintu. Takut kalau tiba-tiba hantu itu muncul dan mencekik lehernya.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR