Jon adalah pria berbadan tegap, jago basket dan karate. Ia sering sekali pamer dan berkata, “Aku bukan penakut. Aku Jon si pemberani.”
Jon memang pernah sendirian melawan perampok yang masuk ke rumahnya. Ia juga pernah mengusir ular yang masuk ke rumah tetangganya.
Suatu hari, kantor Jon mengutus Jon ke sebuah desa terpencil. Di desa itu tidak ada penginapan. Kepala Desa lalu meminta Jon menginap di sebuah gedung tua. Dulunya gedung itu milik seorang bangsawan kaya. Suatu hari rumah itu dirampok. Si bangsawan dan keluarganya dibunuh. Seorang pelayan bangsawan itu berhasil selamat. Ia memutuskan untuk tetap tinggal di gedung itu. Untuk menunjukkan kesetiaannya pada si bangsawan, ia merawat rumah itu dengan baik, seolah majikannya masih ada di sana. Tanpa takut Jon datang ke rumah itu.
“Silakan menginap di rumah ini," kata pelayan gedung tua itu. “Asal saja Bapak tidak takut. Banyak orang bilang rumah ini ada hantunya.”
“Bapak sendiri, apa pernah diganggu hantu?" tanya Jon.
“Saya, sih, tidak pernah bertemu hantu. Itu sebabnya saya tidak takut tinggal di sini,” sahut pelayan itu.
“Kalau Bapak tidak takut, saya juga tidak takut,” kata Jon.
Pelayan itu lalu mengantar Jon ke kamar utama gedung itu. Kamar itu luas sekali. Tempat tidurnya model kuno, ditutupi sprei biru muda. Rupanya meskipun kamar itu tidak dihuni, si pelayan tetap merawatnya dengan baik.
“Ini dulu kamar majikan saya,” kata si pelayan. “Silakan beristirahat. Kalau perlu sesuatu, silakan panggil saya. Saya tidur di kamar pelayan, di belakang.”
Ketika pelayan itu pergi, Jon menutup pintu kamar. Ia merasa lega karena bisa menginap gratis di kamar yang indah. Jon merebahkan diri di ranjang yang empuk. Namun tiba-tiba ia merasakan desiran angin membelai pipinya. Jon sangat terkejut. Dari mana angin itu masuk? Jon mulai merasa takut. Namun ia melawan perasaan itu. Mungkin aku terpengaruh kata-kata pelayan itu, pikir Jon. Ia memejamkan matanya, namun tetap tak bisa tidur.
Akhirnya ia memutuskan untuk membereskan pakaiannya ke dalam lemari. Jon mengambil tas pakaiannya, mengeluarkan bajunya. Ia kemudian membuka lemari. Dan...
“Aaaaaa.”
Jon menjerit ketakutan. la lari pontang-panting menuju kamar pelayan. Di balik pintu lemari tadi ia melihat sebuah wajah sedang tersenyum kepadanya.
“Ada apa, Pak?” pelayan tua itu membuka pintu kamarnya.
“Aku... aku....” Jon mencoba menenangkan diri. Lalu berkata, “Aku tidak enak tidur sendirian. Lebih baik aku tidur di sini saja bersama Bapak.”
“Ooo silakan,” sahut pelayan itu ramah.
Jon membaringkan tubuhnya di dekat pelayan itu.
Lalu bertanya, “Mengapa Bapak tidak menyalakan lampu?"
“Gedung ini belum ada aliran listrik,” sahut pelayan itu. “Saya sudah terbiasa tidur dalam gelap.”
Tak berapa lama si pelayan itu sudah mendengkur dengan keras.
Sementara Jon tidak bisa memejamkan matanya. la melamun sendirian. Memikirkan anak istrinya di rumah. Anak perempuannya baru berusia dua tahun. Sangat lucu.
Apalagi kalau sedang berceloteh, ugh..... menggemaskan. Jon tersenyum. Ia tiba-tiba rindu pada anaknya itu. Tapi, hei....suara apa itu?
Ada bunyi langkah di depan pintu kamar. Jon menyandarkan punggungnya ke bantal, lalu mempertajam pendengarannya. Ya, benar. Ada bunyi langkah-langkah seseorang yang sedang mondar- mandir. Persis di depan pintu kamar.
Siapa yang berada di luar? Hantu, kah? Jon menjadi ketakutan. Ia tidak berani memicingkan matanya. Sepanjang malam ia duduk sambil menatap ke arah pintu. Takut kalau tiba-tiba hantu itu muncul dan mencekik lehernya.
Akhirnya pagi pun datang. Pelayan tua itu bangun, lalu melihat wajah Jon yang lusuh itu dengan heran.
“Bapak tidak tidur semalaman?” tanyanya.
Jon menggeleng. Kini ia tidak berani lagi menyombongkan keberaniannya.
“Semalam saya mendengar langkah mondar-mandir di depan kamar ini. Rupanya benar cerita orang-orang itu bahwa di rumah ini ada hantunya.”
Pelayan tua itu tersenyum. “Itu bukan langkah hantu, tetapi langkah kambing. Saya lupa memasukkan kambing saya ke kandangnya semalam,” kata pelayan itu. Kemudian ia membuka pintu.
Benar, di depan pintu banyak kotoran kambing.
“Tetapi saya juga melihat sesosok wajah di dalam lemari di kamar utama,” kata Jon lagi.
Kembali si pelayan tersenyum. Diajaknya jon ke kamar itu, lalu dibukanya pintu lemari. Ternyata di balik pintu itu ada lukisan wajah orang laki-laki yang sedang tersenyum.
“lni lukisan potret majikan saya,” kata si pelayan. “Mungkin karena suasana di dalam kamar" ini remang-remang, Bapak tidak melihat kalau ini cuma lukisan.”
Jon menjadi malu. Ia tidak berani lagi menepuk dada mengatakan bahwa dialah Jon si pemberani.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Kemala P.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR