Pasien Pak Tobi sangat banyak. Ia sibuk membagikan ramuan dari daun-daunan pada pasiennya. Pipiyot melihat iri dari jauh. “Huh, obat dari daun-daunan saja diminta!” ejeknya.
KUSSUSANI
Daun Obat Beracum
Pipiyot lalu mencari daun berbulu yang beracun. BLAARR! Ia menyihir daun-daun beracun itu.
Kini bentuknya menjadi seperti daun obat yang biasa dipakai Pak Tobi.
KUSSUSANI
Daun Obat Beracum
Suatu hari, Pak Tobi memetik daun beracun yang telah disihir Pipiyot. Oki dan Nirmala membantunya.
“Hihihi… ramuan Pak Tobi akan jadi beracun!” tawa Pipiyot.
KUSSUSANI
Daun Obat Beracum
Daun beracun memang membuat ramuan Pak Tobi jadi beracun. Tubuh pasien-pasien yang meminumnya jadi berbulu.
“Aaa… aku jadi seperti gorilaa…” jerit mereka bingung.
KUSSUSANI
Daun Obat Beracum
Pak Tobi merasa telah memberikan obat yang benar. Ia heran melihat keadaan pasiennya.
Untunglah Pak Tobi punya ramuan penghilang bulu-bulu itu.
KUSSUSANI
Daun Obat Beracum
Suatu hari, Pipiyot melihat buah beracun di pohon. “Hahaha… ini pasti sebetulnya pohon apel.
Tapi Nirmala menyulapnya menjadi seperti pohon buah beracun,” pikir Pipiyot.
KUSSUSANI
Daun Obat Beracum
Ia lalu melahap buah beracun itu. Pak Tobi, Oki dan Nirmala kebetulan melihatnya.
“Heeii… itu buah beracun!” teriak mereka. “Aaa, kalian pasti mau menipuku!” Pipiyot tidak percaya.
KUSSUSANI
Daun Obat Beracum
Tiba-tiba… tumbuh duri-duri di tubuh Pipiyot. “Aaaa… kenapa kulitku jadi begini…” teriak Pipiyot panik.
“Tuuh, tidak percaya sih. Kita kan bukan pembohong!” tawa Pak Tobi.
(cerita : Vanda P/ Ilustrasi: Iwan Darmawan)
Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
10 Dampak Negatif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
KOMENTAR