Mereka pun segera masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian Pak Cicit dan ketiga anaknya juga masuk ke rumah.
Lalu hujan turun sangat lebat. Angin kencang meniup pohon-pohon, termasuk pohon tempat rumah keluarga Pak Cicit berada.
Rumah yang terbuat dari ranting-ranting pohon pun mulai rusak. Daun dan ranting yang digunakan sebagai atap rumah, terbang tertiup angin kencang.
Pak Cicit dan Bu Cicit langsung merentangkan sayap-sayapnya, menjaga agar ranting-ranting lain yang mengelilingi rumah mereka tidak ikut terbang.
Coco pun ikut merentangkan sayapnya membantu ayah dan ibunya. Sementara Caca, Cici, dan Cece melindungi diri.
Tak lama kemudian, hujan pun reda. Angin tidak lagi berembus kencang. Pak Cicit dan Bu Cicit berhasil mempertahankan ranting-ranting. Meskipun sayap Coco belum selebar Ayah dan Ibunya, namun ternyata ia juga berhasil mempertahankan ranting-ranting.
“Coco, kamu hebat. Kamu berhasil membuat rumah kita tidak terbang tertiup angin,” kata Pak Cicit.
“Itu bakat yang kamu punya, Coco. Kamu memiliki sayap yang kuat,” Bu Cicit menimpali.
“Aku senang. Ternyata aku juga memiliki bakat,” ujar Coco senang.
Setelah itu, mereka memperbaiki rumah mereka dibantu oleh semua penghuni Hutan Alam lainnya.
Cerita oleh: Cirana Merisa
Penglihatan Mulai Buram? Ini 3 Hal yang Bisa Jadi Penyebab Mata Minus pada Anak-Anak
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR