Peri Merah berulang tahun. Nirmala menghadiahi patung penari balet. Patung itu bisa berputar dan mengeluarkan musik. Ting, ting, ting… “Wah, indah sekali,” Peri Merah kagum.
KUSSUSANI
Patung Penari
“Coba aku lihat! Waah, patungnya cantik sekali!” Manusia umbi Tuksedo kagum melihat patung itu.
“Iih, kamu kok suka patung penari balet?” ledek manusia umbi Polkadot.
KUSSUSANI
Patung Penari
Besok paginya, Peri Merah sedih karena patungnya hilang. “Aku meletakkannya di meja dekat jendela.
Pencurinya pasti masuk lewat jendela ini…” cerita Peri Merah ketika Nirmala datang.
“Hatchiuu!” tiba-tiba Oki bersin-bersin. Rupanya ia berdiri di dekat bunga-bunga bersin di dekat jendela.
Bunga-bunga itu bisa membuat bersin.
KUSSUSANI
Patung Penari
“Tciuuu! Tciuuu!” tiba-tiba terdengar suara bersin yang lain. “Hei, siapa itu yang bersin?” tanya Nirmala.
Ia dan Oki mengendap-endap mengintip. Oo, rupanya manusia umbi Tuksedo.
KUSSUSANI
Patung Penari
“Kamu pasti terkena bunga bersin!” kata Nirmala. Manusia umbi Tuksedo malu.
“Iya. Bunga bersin di dekat jendela Peri Merah. Tadi pagi… aku meminjam patung penari ini…” katanya.
KUSSUSANI
Patung Penari
“Kenapa tidak bilang dulu pada Peri Merah?” tanya Nirmala. “Aku malu. Soalnya aku ingin menari dengan patung ini,” kata manusia umbi Tuksedo.
Ia lalu minta maaf pada Peri Merah. Nirmala tersenyum senang. Ia lalu menyulap, “Sim salabim!” Wow, patung itu jadi besar.
Tuksedo menari mengikuti gerakan patung penari balet. Ting, ting, ting…
(Cerita: Vanda P/ Ilustrasi: Iwan Darmawan)
Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
KOMENTAR