“Lihat! Aku menemukan kelomang yang cantik!” seru Bobo. Anak-anak kelinci sedang berlibur ke pantai. “Kelomangku lebih cantik!” Doni tak mau kalah. “Ayo kita mengumpulkan kelomang!”
Anak-anak kelinci saling berlomba mengumpulkan kelomang. “Lima… enam… tujuh…” Dung Dung sibuk menghitung kelomangnya. “Duuung, aku belum dapat, nih. Bagi satu, dong!” rengek Upik.
Upik sibuk dengan kelomang pemberian Dung Dung. “Ayo, jalan, kelomang hitam!” teriak Upik. Eits, kelomang hitam menyembunyikan tubuhnya. Pffuuhh… Upik meniupnya. Plup! Kelomang hitam muncul lagi.
Upik senang sekali melihat kelomangnya berlari-lari di atas pasir pantai. “Doni, ayo kita adakan lomba lari kelomang!” tantang Upik. “Ayo! Ayo!” sambut Doni gembira.
Anak-anak kelinci sibuk menyiapkan arena pertandingan. Mereka membuat garis di atas pasir. “Kelomang yang melewati garis dianggap kalah!” Upik membacakan peraturan pertandingan.
“Ayo lari, kelomang hitam!” Upik menyemangati kelomangnya. “Jangan mau kalah, kelomang batik!” seru Doni. Ups, kelomang Coreng mogok tidak mau berlari. Coreng sampai kehabisan nafas meniup kelomangnya.
“Kelomangku nomor satu!” seru Upik kegirangan. Lo, lama kelamaan, kelomang Upik berlari keluar garis. “Kelomang yang melewati garis dianggap kalah!” seru Doni menirukan Upik. Semuanya tertawa gembira.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR