Di Jepang, rumah tradisionalnya disebut Minka. Rumah tradisional Vietnam disebut Xa pho. Di Belanda, rumah tradisionalnya disebut Giethroon. Kalau rumah tradisional Korea disebut Hanok.
Bahan Bangunan
Hanok dibangun dari bahan-bahan alami, seperti kayu, batu, tanah, jerami, genting, bahkan kertas. Kerangka dan tiang hanok terbuat dari kayu. Temboknya dibangun dari bata yang dibuat dari tanah dicampur rumput. Lantai rumah dibuat dari tanah yang dikeraskan. Kertas tradisional Korea yang disebut hanji dipasang dirangka jendela, rangka pintu, dan pelapis dinding.
Ruangan Rumah
Hanok terdiri dari 4 ruangan, yaitu haengrangchae, sarangchae, anchae, dan sadang. Haengrangchae yang berada di dekat pintu masuk adalah kamar untuk pelayan. Sarangchae adalah ruangan di bagian depan untuk ayah, termasuk juga untuk makan dan tidur.
Anchae adalah ruangan utama yang juga merupakan ruang tidur untuk ibu dan anak-anak, terletak di bagian dalam dan jauh dari pintu masuk. Sadang adalah ruangan tempat meletakkan altar leluhur.
Di Luar Hanok
Hanok berbentuk segiempat dengan halaman di tengah-tengahnya. Halaman itu disebut madang. Ada juga ruangan terpisah disebut gwangchae yang digunakan untuk gudang. Di bawah lantai juga terdapat ondol, batu yang berfungsi sebagai penghangat pada lantai.
Jenis Hanok
Berdasarkan perbedaan di atapnya, hanok dibagi menjadi dua jenis, yaitu rumah beratap genting yang disebut giwajip dan rumah beratap jerami yang disebut chogajip.
Giwajip merupakan tempat tinggal orang-orang dari kalangan atas karena dibangun memakai genting sehingga membutuhkan biaya besar dan tidak terjangkau oleh rakyat biasa.Sedangkap chogajip merupakan rumah orang-orang dari kalangan bawah yang biasa bekerja sebagai petani. Chogajip dibangun dengan jerami yang mudah didapat.
Kalai pergi ke ke Korea Selatan, teman-teman bisa mengunjungi Bukchon Hanok Village. Di sana masih terdapat rumah-rumah tradisional yang dijaga kelestariannya.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR