Sedotan adalah benda yang tidak bisa lepas dari keseharian kita, terutama saat minum minuman dalam botol. Kisah penemuan sedotan itu cukup menarik!
Menurut legenda, orang yang pertama menggunakan sedotan adalah orang Sumeria. Orang Sumeria itu mendiami wilayah yang sekarang disebut Irak sekitar 4.000 - 5.000 tahun yang lalu. Sedotan itu berupa potongan jerami atau batang rumput yang disebut ryegrass.
Orang Sumeria menggunakan sedotan untuk minum minuman berempah agar bubuk rempah tidak ikut terminum. Tetapi menggunakan sedotan jerami ada kekurangannya, yaitu minuman jadi ada rasa rumputnya.
Pada tahun 1988, Marvin Stone membuat sedotan dari lembaran kertas yang digulungkan pada sebatang pensil. Gulungan kertas itu dilem ujungnya lalu dicelupkan ke dalam paraffin agar tidak mudah rusak. Pada tahun 1889, Marvin Stone mematenkan temuannya lalu ia mendirikan pabrik sedotan.
Dari sedotan kertas yang mudah rusak, sedotan berkembang. Sedotan yang lebih modern ini terbuat dari plastik. Bentuknya masih lurus, seperti sedotan kertas.
Sedotan yang bisa dibengkokan tercipta pada tahun 1930-an. Joseph B. Friedman lah yang menciptakan di San Francisco, Amerika Serikat. Saat itu ia melihat anaknya yang masih kecil, kesulitan minum dari gelas yang tinggi. Anak itu tak bisa mengangkat gelas dengan tangannya yang mungil. Lalu, ayahnya memberinya sedotan yang lurus.
Ternyata anak itu masih kesulitan untuk minum karena ia harus menyedot minuman itu dari atas yang posisinya lebih tinggi darinya. Akhirnya Joseph B. Friedman, sang ayah membengkokan sedotan itu. Ini penemuan yang luar biasa. Pada tahun 1938 Joseph B. Friedman mematenkan penemuannya.
Sekarang, sedotan tidak hanya berbentuk lurus dan bengkok. Tetapi ada yang berbentuk spiral, yang diberi hiasan di ujungnya, dan lain-lain. Sedotan juga fungsinya bukan hanya untuk menyedot minuman. Sekarang aneka kreativitas dengan sedotan banyak diciptakan. Misalnya gelang, kalung, atau tirai.
Foto: Creative Commons
Contoh Bentuk Kesenian Tradisional di Indonesia, Materi Kelas 4 SD Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Aan Madrus |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR