Hewan ini sebenarnya seekor kura-kura. Namun, ia punya leher yang panjang. Jika diperhatikan, hewan ini seperti gabungan antara ular dan kura-kura.
Chelodina mccordi
Namanya Chelodina mccordi, bagus ya? Namun, supaya lebih mudah, kita bisa memanggilnya kura-kura leher panjang. Hewan unik ini merupakan hewan endemik dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.
Kura-kura leher panjang hidup di rawa, sawah, dan danau. O iya, mereka senang menghabiskan waktu di dalam air. Meski begitu, mereka tetap harus ke permukaan untuk bernapas. Kalau tidak ke permukaan, paru-paru mereka bisa kehabisan udara.
Berubah Warna
Saat musim bertelur, induk kura-kura akan menetaskan beberapa butir telur. Telur-telur itu akan menetas setelah 3 – 4 bulan. O iya, tubuh bayi kura-kura leher panjang cukup panjang, sekitar 28 cm.
Bayi kura-kura leher panjang biasanya punya bercak kuning di cangkangnya. Namun, bercak itu akan berubah menjadin gelap dalam beberapa minggu. Selama masa pertumbuhan, warna tubuhnya akan kembali pucat. Kura-kura leher panjang baru punya warna tetap setelah dewasa.
Tidak Bisa Melakukan Karapas
Seperti kita tahu, kura-kura punya kebiasaan menyembunyikan kepalanya ke dalam tempurung. Kebiasaan itu biasa disebut karapas. Namun, kura-kura leher panjang tidak bisa melakukan karapas karena lehernya terlalu panjang. supaya kepalanya tetap terlindung, kura-kura leher panjang akan melipat lehernya ke bagian samping tubuhnya.
Baca Juga: Kura-kura Juga Butuh Matahari
Dipisahkan
Dulunya, kura-kura leher panjang Pulau Rote ini dijadikan satu spesies dengan Chelodina novaeguineae atau Kura-Kura Leher Panjang Papua Nugini. Namun, pada tahun 1994, ia dipisahkan dari spesies itu. Semenjak itu, namanya berubah menjadi Chelodina mccordi atau Kura-kura Leher Panjang Pulau Rote. Orang yang melakukan pemisahan itu adalah Dr. Andreas Rhodin, direktur dari Chelonian Research Foundation, di Inggris.
Foto: Creative Commons
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR