Saat di dalam air, bagaimana, ya, para penyelam bisa bernapas dalam waktu yang lama? Padahal, jika berada di air kita bisa kekurangan oksigen dan menjadi sulit bernapas, tidak seperti di darat.
Tabung Oksigen
Seseorang perlu menggunakan alat bantu seperti tabung oksigen agar bisa bernapas dengan baik di dalam air. Ini karena tubuh manusia memang tidak diciptakan untuk kondisi tanpa udara seperti di dalam air. Lama atau tidaknya kita bisa bertahan di dalam air, tergantung dari isi oksigen yang berada di dalam tabung.
Teorinya : Otak Manusia Membutuh Oksigen
Namun, ada juga, lo, yang bisa menyelam hingga di kedalaman laut tertentu tanpa menggunakan bantuan tabung oksigen. Mereka adalah para penyelam bebas, seperti nelayan tradisional. Hebat, bukan?
Nah, kondisi seperti ini sempat membuat bingung dunia medis. Seperti yang kita tahu, otak manusia membutuhkan asupan oksigen yang didapat dari pernapasan. Menurut Dr. Jordan Tishler dari Department of Veterans Affairs Amerika Serikat, manusia itu biasanya hanya bisa menahan napas tanpa merasa kesulitan sekitar 30 sampai 60 detik saja.
Apa yang Terjadi Saat Kekurangan Oksigen?
Dokter Tishler juga menambahkan, bahwa otak kita merupakan organ yang paling rentan apabila kita tidak bernapas. Saat otak kekurangan oksigen dalam waktu yang lama, sel otak bisa menjadi rusak, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Faktanya : Ada yang Bisa Bertahan di Air Tanpa Bernapas
Namun, ada pengecualian, contohnya beberapa penyelam bebas tadi yang bisa bertahan tanpa bernapas lebih dari satu menit di dalam air. Ada juga yang bisa bernapas tanpa oksigen selama 20 menitan, misalnya seperti yang dilakukan penyelam bernama Stig Sevenrinsen dari Denmark pada tahun 2012. Fenomena ini membingungkan dunia medis, karena tidak sesuai dengan teori. Kenapa fenomena ini bisa terjadi, ya?
Dr. Lars Eichhorn pun melakukan riset untuk mencari tahu jawabannya. Hasilnya menunjukkan bahwa saat menyelam, kadar oksigen di kepala bisa betahan jauh lebih lama daripada di bagian tubuh lainnya. Jadi, sebenarnya tubuh manusia itu memiliki sistem penyelamat untuk keadaan darurat. Sistem ini yang bisa menjaga fungsi otak dalam situasi yang kritis.
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR