… lalu kelinci kecil yang malang itu diculik oleh makhluk asing. Dia terdampar di luar angkasa dan tidak bisa kembali ke bumi…
Byar! Lampu dinyalakan tanda pertunjukan selesai. Ah, leganya! Ternyata semua itu hanya film. “Pulang, yuk!” ajak Upik. “Lo, mana Kutu Buku?”
“Jangan-jangan… Kutu Buku diculik oleh alien!” seru Coreng tiba-tiba. “Kutu Buku dibawa terbang ke luar angkasa dengan piring terbang. Hiii…”
“Tidak! Kutu Buku diculik nenek sihir!” kata Doni dengan suara bergetar. “Kutu Buku dibawa terbang dengan sapu. Dia berteriak minta tolong. Tapi, nenek sihir tak mau menurunkannya.
“Bagaimana kalau Kutu Buku diculik oleh penjahat kejam?” tanya Upik panik. “Kutu Buku mungkin disekap di gudang yang gelap. Tangan dan kakinya diikat. Bo, ayo kita bebaskan Kutu Buku!”
“Tenang… tenang semua! Yang benar, Kutu Buku diculik oleh buku-bukunya,” kata Bobo sambil tertawa. Doni, Coreng, dan Upik memandang Bobo dengan bingung.
Bobo mengajak ketiga kelinci itu menuju pintu keluar ruang pertunjukan. Mereka lalu menaiki sebuah tangga kayu tua. Hmm… sepi sekali! Upik memegang tangan Coreng erat-erat. Bobo membuka pintu, dan… olala! Kutu Buku asyik dengan setumpuk buku di depannya. “Banyak buku menarik di sini!” serunya riang. Ternyata, Kutu Buku di perpustakaan. Ah, namanya juga Kutu Buku!
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR