Ika paling suka mendengar cerita sebelum tidur. Walaupun sudah kelas empat, Mama masih sering ke kamarnya, bercerita sebelum Ika tidur.
Malam ini, Ika menunggu Mama sambil menerka-nerka cerita Mama. Cerita pengalaman masa kecil Mama, dongeng, atau pengetahuan? Mama punya banyak sekali cerita. Misalnya, Mama pernah ke rumah neneknya dan memecahkan telur ayam hingga berserakan. Tetapi, Nenek tidak marah. Nenek malah mengajarkan cara membersihkan bekas telur.
Ketika Mama bertanya mengapa ia tidak dimarahi, Nenek menjawab, “Untuk apa dimarahi? Kamu tidak sengaja. Kali lain, lebih hati-hati, ya!
Cerita-cerita Mama memang bagus. Kadang, Ika menceritakan kembali teman-temannya. Nah, akhirnya Mama masuk kamar. Mama berbaring di tempat tidur sorong, di bawah tempat tidur Ika.
“Kali ini cerita apa, Ma?” tanya Ika penuh rasa ingin tahu.
“Kali ini tentang kanguru. Kamu tahu, kan, kanguru suka menaruh anaknya di kantung depan perutnya?” tanya Mama. Ika mengangguk.
“Anak kanguru yang baru lahir kecil sekali. Satu sentimeter panjangnya. Tetapi, dia pandai berjalan mencari kantong ibunya. Dalam waktu tiga menit, dia berhasil menemukannya. Di dalam kantung induk kanguru, terdapat empat puting susu. Bayi kanguru yang baru lahir mengisap puting susu kanguru yang lebih hangat. Setelah beberapa minggu, dia beralih mengisap puting kedua. Saat umurnya bertambah, dia mengisap puting ketiga. Terakhir, dia mengisap puting ke empat,” cerita Mama, lalu berhenti sejenak.
“Bukankah Tuhan sungguh luar biasa, Ka? Bagaimana ia tahu harus mengisap puting susu yang mana? Bayi kanguru tinggal di kantung induknya 6 bulan 15 hari. Panjang tubuhnya mencapai 1,5 meter dan panjang ekornya satu meter. Dengan kaki belakang yang panjang, kanguru bisa berlari delapan meter per detik. Ekornya yang besar dan kuat menjaga keseimbangan tubuhnya!”
“Wah cerita Mama luar biasa!” puji Ika. “Setiap hewan ternyata istimewa, ya!”
Kriiing! Telepon rumah berdering.
“Mama terima telepon dulu!” kata Mama sambil keluar dari kamar Ika. Tak lama kemudian, Mama masuk lagi.
Ika, Tante Lena harus segera ke rumah sakit karena ibunya pingsan. Sisi akan dititip di sini! Tidak apa, kan, dia tidur bersamamu?”
Sisi, anak Tante Lena, baru kelas satu SD. Kadang-kadang ia bermain dengan Ika.
Ning nong ning nong! Bel pintu berbunyi.
Mama dan Ika segera keluar. Mereka menyambut Sisi. Mama mengajak Sisi mencuci kaki, mengganti pakaian dengan piyama, lalu menyikat gigi.
“Ika, temani Sisi sampai tidur, ya. Sekarang giliranmu bercerita!”
“Horeee, aku suka cerita!” seru Sisi riang.
“Baiklah. Kaka akan cerita tentang kanguru. Kamu tahu, kan, kanguru menaruh anaknya di kantung depan perutnya!” Ika mulai bercerita.
“Tidak mau! Sisi suka main petak umpet. Sisi mau cerita tentang petak umpet!”
Waaah, Ika bingung! Tetapi, dia ingat, Mama pernah cerita tentang unta yang kelopak matanya tembus pandang. Walaupun berjalan di dalam badai pasir dengan mata tertutup, unta tetap bisa melihat. Waktu itu, Ika berkomentar, “Kalau begitu, unta tidak bisa main petak umpet!”
Jadi, Ika bercerita tentang Anak Kuda, Anak Keledai, dan Anak Unta yang bermain petak umpet. Anak Unta selalu cepat menemukan tempat persembunyian teman-temannya. Ia bisa melihat ke mana pun teman-temannya bersembunyi. Anak Kuda dan Anak Keledai akhirnya tidak mau lagi mengajaknya main petak umpet. Mereka mengajak Anak Kerbau dan Anak Gajah.
Anak Unta sangat sedih, lalu duduk menonton. Suatu ketika, Anak Keledai bersembunyi di balik pohon. Saat itulah, Anak Unta melihat seekor ular berbisa sedang menjalar, siap memagut Anal Keledai.
“Awas, ada ular berbisa!” teriak Anak Unta.
Anak keledai segera berlari menyelamatkan diri. Ia lalu mendekati Anak Unta untuk berterima kasih. Sejak itu, mereka tidak bermain petak umpet lagi, tetapi bermain bola. Anak Unta pun kini bisa ikut bermain bersama lagi.
“Ceritanya bagus, Kak. Terima kasih!” kata Sisi.
Setelah Sisi tidur, Ika berdoa. Ia mau tidur, tetapi ia merasa heran. Kok, ia bisa mengarang cerita? Tiba-tiba saja idenya muncul. Padahal, Mama tidak pernah membuat cerita itu.
Esok paginya, ketika dijemput ibunya, Sisi berkata, “Cerita Kak Ika bagus. Nanti malam, Kak Ika menginap di rumah Sisi saja!”
“Wah, kalau tidur di rumah Sisi, Kak Ika tidak mendengar cerita mama Kak Ika, dong!”
“Ternyata kamu pandai mengarang cerita. Mama hanya menyampaikan pengetahuan tentang hewan, tetapi kamu menjadikannya satu cerita. Mama tidak bisa mengarang!” puji Mama dengan bangga.
“Aku sendiri heran. Nanti, aku coba menulisnya dan mengirimnya ke majalah dinding sekolah. Siapa tahu bisa dimuat!” kata Ika semangat.
“Ya, kalau kamu suka membuat cerita, teruslah membuatnya. Dimuat atau tidak, teruslah menulis!” kata Mama.
“Baiklah, Ma, Ika akan berusaha. Siapa tahu, kelak Ika bisa jadi penulis!”
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR