Bobo.id - Batik menjadi warisan budaya Indonesia dan setiap tanggal 2 Oktober kita memperingati Hari Batik Nasional dengan memakai batik.
Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki motif batik tertentu, nih, sesuai dengan kebudayaan masing-masing daerah.
Selain motif, cara atau teknik pembuatan batik juga bermacam-macam, lo.
Ada batik yang dibuat dengan cara ditulis dan dikenal dengan batik tulis, batik cap yang menggunakan plat besi untuk membuat motif pada kain, dan batik print yang dicetak menggunakan mesin.
Baca Juga : Uniknya Budaya India di Kampung Madras, Little India Kota Medan
Selain ketiga jenis teknik membatik tersebut, ada juga batik jumputan yang dibuat dengan teknik 'menjumput'.
Kata jumputan ini berasal dari bahasa Jawa, yaitu menjumput yang berarti mengambil atau memungut sesuatu dengan semua ujung jari.
Cara pembuatan batik ini berbeda dengan batik tulis dan batik cap yang menggunakan lilin, batik jumputan menggunakan pewarna kain biasa.
Sesuai namanya, membuat teknik jumputan dilakukan dengan cara menjumput kain yang kemudian diikat lalu dicelupkan ke dalam pewarna.
Dalam bagian yang dijumput, bisa diisi dengan biji-bijian seperti kacang hijau, atau diisi dengan kelereng kemudian diikat dengan benang atau karet untuk membentuk motif yang diinginkan.
Meskipun dibuat berdasarkan kreativitas sang pembuat, tapi batik jumputan juga memiliki beberapa motif tergantung dari proses mengikatnya, lo.
Motif batik jumputan dibuat dengan cara menjumput kain putih kemudian diikat menggunakan tali yang tidak menyerap warna, seperti tali rafia atau karet.
Ada juga motif pelangi yang memiliki ragam warna yang bervariasi dan memiliki warna seperti pelangi.
Baca Juga : Menikmati Hiburan Sambil Belajar Budaya di Festival Cisadane Tangerang
Motif pelangi ini banyak digunakan oleh kaum hippies dari Amerika dan mereka menyebutnya sebagai tiedye.
Kemudian ada motif tritik, yaitu kain dijahit terlebih dahulu dengan teknik jelujur, kemudian benangnya ditarik hingga menjadi gumpalan kain yang rapat.
Setelah kain dicelupkan ke pewarna dan mengering, benang bisa dicabut.
Terakhir, ada motif sasirangan dengan corak bintang berhambur dan disebut awan bairing yang digunakan oleh kaum bangsawan.
Sedangkan corak ombak sinapur karang dan kangkung kaombakan digunakan oleh rakyat biasa.
Motif membatik dengan teknik jumputan ini sudah ada sejak abad ke-1o, lo.
Awal mula teknik membatik ini berasal dari Tiongkok dan kemudian dibawa ke Indonesia oleh para saudagar atau pedagang dari India.
Para arkeolog menyebut batik jumputan ini sudah ada sejak 5.000 tahun yang lalu di Mesopotamia, India, Peru, Meksiko, Yunani, dan Roma.
Baca Juga : Ingat Film Coco? Berikut 7 Budaya Asli Meksiko di Dalamnya
Bukti perkembangan teknik membatik dengan cara jumputan ini diperkuat dengan penemuan Prasasti Sima yang dibuat pada abad ke-10.
Pada prasasti tersebut menunjukkan bahwa teknik membatik dengan cara jumputan sudah berkembang pesat dan punya istilah yang berbeda di setiap daerah.
Di pulau Jawa, seperti di daerah Yogyakarta dan Solo, batik ini disebut dengan batik jumputan.
Sedangkan di Palembang disebut dengan kain pelangi dan di Banjarmasin disebut sasirangan.
Source | : | Berbagai Sumber |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR